Dalam
hal gerak/olahraga pada tubuh hanya ada 2 kelompok perangkat yang bersangkutan
dengan 2 hal yaitu:
1. ES-I,
Sebagai perangkat pelaksana gerak
2. ES-II,
Sebagai perangkat pendukung gerak
Dalam
hal olah daya (metabolisme), yaitu upaya penyediaan daya (energi) untuk gerak,
juga ada 2 mekanisme (ditinjau dari keterlibatan oksigen) yaitu olahdaya
aerobik dan aerobik.
Olahdaya
anaerobik dan aerobik adalah mekanisme penyediaan daya (energi, tenaga) untuk
mewujudkan gerak. olahdaya anaerobik langsung mewujudkan gerak dan merupakan
kemampuan endogen ES Primer dalam hal ini otot, tetapi intensitas dan durasi
kelangsungannya bergantung pada kemampuan fungsional ES-II dalam memasok
oksigen. Artinya tanpa peran serta ES-II olahdaya aerobik tidak mungkin terlaksana dan
aktivitas gerak ES-I akan segera terhenti. Makin tinggi kemampuan fungsional
ES-II makin tegar kelangsungan penampilan ES-I.
Dengan
demikian maka seperti halnya ES-II adalah pendukung bagi penampilan ES-I, maka
olahdaya aerobik adalah pendukung bagi kelangsungsungan olahdaya anaerobik,
keduan-duanya terjadi pada ES-I, dalam
hal ini otot. Hal ini disebabkan oleh
karena olahdaya untuk bentuk aktivitas
apapun selalu dimulai dengan olahdaya anaerobik dan akan/harus diikuti oleh
olahdaya aerobik, selama aktivitas fisik maupun selama istirahat. Olahdaya anaerobik
dan aerobik harus dalam keadaan seimbang. Ketidakmampuan olahdaya aerobik
mengimbangi olahdaya anaerobik akan menyebabkan menumpuknya “zat kelelahan”
yang akan menghambat olahdaya anaerobik yang terlalu besar, sehingga olahdaya
anaerobik menurun, menuju kepada terjadinya keseimbangan baru dengan olahdaya
aerobik.
Besar
olahdaya anaerobik menunjukkan besar tuntutan/keperluan oksigen yang akan
terwujud sebagai berat/intensitas gerak/kerja yang sedang dilakukan. Dengan demikian
maka ketidakmampuan olahdaya aerobik (kemampuan ES-II memasok oksigen) untuk
mengimbangi tuntutan olahdaya anaerobik, akan menyebabkan olahraga terpaksa
harus dihentikan karena seluruh kapasitas anaerobik sudah habis terpakai atau
intensitas gerak/kerja yang sedang dilakukan harus dikurangi sampai olahdaya anaerobik dapat
diimbangi lagi oleh tingkat kemampuan olahdaya aerobik yang dimilikinya pada
saat itu.
Demikian
maka semua bentuk aktivitas tubuh atau olahraga, bahkan juga selama istirahat
memerlukan baik olahdaya aerobik maupun olahdaya anaerobik yang secara
keseluruhan harus selalu seimbang. Dengan demikian maka sesungguhnya tidak olahraga
anaerobik murni dan olahraga aerobik murni. Yang ada adalah olahraga aerobik
dominan dan olahraga anaerobik dominan. Tetapi istilah yang biasa dipakai
sehari-hari adalah olahraga aerobik dan anaerobik, sehingga sering menyesatkan
orang yang tidak mengetahui pokok benar permasalahannya.
Kriteria
apakah sesuatu olahraga anaerobik atau aerobik ditentukan oleh dua hal:
1. Intensitas,
yang berarti besar olahdaya anaerobik yang sedang terjadi
2. Durasi,
yang menunjukkan berapa besar peran olahdaya aerobik yang menyertai
Memang terdapat hubungan erat antara
intensitas dan durasi yaitu:
1. Olahraga
dengan intensitas tinggi (olahraga anaerobik dominan), tidak mungkin dengan
durasi yang panjang, sebaliknya
2. Olahraga
dengan durasi panjang (olahraga aerobik dominan), tidak mungkin dengan
intensitas tinggi.
Sumber:
Buku “Ilmu Faal Olahraga (Fisiologi
Olahraga)”
Penulis:
Prof.
H.Y.S Santosa Giriwijoyo
Dr. Dikdik Zafar Sidik, M. Pd
Penerbit:
PT. Remaja Rosdakarya