Sabtu, 30 Januari 2021

SEJARAH OLAHRAGA (Olimpiade Masa Kuno)

 

 

Sumber Gambar. brilio.net


Ribuan tahun yang lalu, masyarakat dunia sudah mengenal aktivitas olahraga. Mereka tentunya belum mengenal olahraga dalam lingkup yang kecil atau sederhana. Salah satunya adalah masyarakat Yunani yang melakukan aktivitas olahraga ini ke dalam kegiatan mereka sehari-hari, seperti kegiatan militer. Tentara mereka setiap harinya dididik dengan disiplin untuk menjadi tentara yang siap bertempur demi mengemban tugas membela negara.

 

Sejarah Awal Mula Olimpiade

Pada awalnya Olimpiade diselenggarakan di Yunani Kuno yang konon diselenggarakan sejak 776 SM. Even ini diadakan sebagai penghormatan masyarakat Yunani Kuno kepada Dewa Zeus. Pesta olahraga ini, seluruh masyarakat Yunani yang berpartisipasi diharuskan berlatih terlebih dahulu, kemudian mereka akan bertanding secara perseorangan.

Diberi nama Olimpiade karena dewa mereka yang bermukim di Gunung Olimpus. Olimpiade ini ternyata mampu meredam peperangan antar saudara yang sering terjadi di Yunani. Bahkan kegiatan ini dapat mempersatukan masyarakat Yunani. Keadaan ini juga di dukung dengan perjanjian, barang siapa yang melanggar gencatan senjata, maka akan dikenai denda. Selain menjadi sarana untuk mendamaikan masyarakat yang seringkali berperang, Olimpiade juga dijadikan sebagai sarana transaksi jual beli, seperti penjualan bahan makanan, buah-buahan hasil pertanian, hingga benda-benda untuk kegiatan peribadatan.

Olimpiade seringkali dijadikan ajang untuk para masyarakat kalangan menengah ke atas sebagai ajang pembuktian eksistensi dan kekayaannya. Misalnya, pada pertandingan kereta kuda yang ditarik oleh empat kuda. Jarak yang ditempuh untuk  nomor ini adalah berjarak 14 Km. Pamer kekayaan ini semakin terlihat dengan seorang peserta yang mengikut sertakan 7 kereta kudanya untuk mengikuti nomor kereta kuda ini.

 

Olimpiade Sebagai Pesta Olahraga Terbesar

Buktinya adanya penyelenggaran pesta olahraga terbesar di Yunani adalah dapat ditemukannya sisa-sisa puing bangunan atau gelanggang yang terdapat di alam terbuka, yang merupakan tempat dimana para atlit berlatih. Peninggalan bersejarah ini kini dilestarikan oleh pemerintah Yunani. Selain bangunan, ditemukan juga sisa-sisa bentukan seperti pijakan yang digunakan pelari sebagai awal pada saat start. Selain itu, ditemukan  juga patung-patung batu sang juara yang beberapa bagiannya sudah mulai terkikis.

Olimpiade pada masa kuno ini dulu dilangsungkan dengan peralatan seadanya. Bahkan para atlet pada nomor lari tidak menggunakan alas kaki seperti sepatu. Bahkan, para atlet pada nomor lari tidak menggunakan alas kaki seperti sepatu. Cabang olahraga lainnya yang terbilang keras adalah olahraga yang menggabungkan cabang olahraga gulat dan cabang olahraga tinju yang dinamakan Pankration. Di nomor ini, para atlet diperbolehkan untuk melakukan manuver yang keras dan cenderung mematikan, seperti mencekik lawan dan menyepak. Namun, ada peraturan yang melarang atlet untuk menyerang pada daerah mata, seperti memijit pada bagian mata, mematahkan tulang-tulang jari, hingga menggigit anggota badan. Pada nomor ini, penilaian pada pemenang ditunjukkan dengan atlet yang dapat memukul pada bagian kepala lawan. Sementara lawan yang kalah harus mengacungkan jari mereka sebagai tanda pengakuan atas kekalahan.

Olimpiade pada masa kuno saat itu hanya diperbolehkan diikuti oleh kaum pria. Salah satu alasannya adalah hampir seluruh nomor yang dipertandingkan mangharuskan para atlit untuk bertelanjang atau tanpa mengenakan pakaian secara utuh. Hal ini pun menjadi kebanggan tersendiri bagi para pria karena mereka berkesempatan untuk memperlihatkan tubuh atletis mereka. Atlet yang berhasil menjadi juara akan diberikan mahkota yang terbuat dari dedaunan seperti daun zaitun. Setelah itu, sang juara akan diarak keliling kota. Penghargaan lainnya yang mereka dapatkan adalah terbebas dari beban wajib pajak. Selain itu, beberapa penjabat pemerintah akan memberikan sejumlah bonus berupa uang yang nominalnya besar.


Sumber     : Buku “Super Lengkap Olahraga”

Penulis     : Mikanda Rahmani

Penerbit    : Dunia Cerdas



FUTSAL (Tips Latihan Dasar Permainan Futsal)

 

 

Sumber Gambar. jatimtimes.com


Yang diperlukan setiap pemain dalam bermain futsal berbeda menurut tugas masing-masing. Pemain penyerang misalnya, memerlukan kecepatan lari dan refleks, serta kemampuan untuk mengatasi rintangan dari pemain pertahanan lawan. Sementara pemain belakang, yang membentuk pertahanan, perlu memiliki daya tahan tinggi, kekuatan untuk menggagalkan serangan lawan, serta kecepatan dalam membendung serangan lawan.

Pemain yang baik, tentunya memiliki kemampuan-kemampuan tadi. Apakah kita sebagai pemain futsal telah memilikinya dengan sempurnya? Perlu pengukuran-pengukuran objektif untuk itu. Atas dasar itu, untuk mengetahui kualitas pemain harus dilakukan tes bermain futsal. tes tersebut sebaiknya berdasarkan tiga aspek mendasar dari tehnik bermain futsal yang tak boleh dilupakan.

Pertama, pengujian pada bagian-bagian badan yang mengadakan kontak dengan bola yaitu kaki, tungkai, paha, perut, dada, kepala dan tangan. Kedua tes terhadap kemampuan pengendalian, pengoperan dan menembak bola. Ketiga analisis gerak, yaitu penelitian mekanis dari gerakan pemain ketika mempraktikkan teknik sepakbolanya.

Dalam melakukan tes ada empat aspek dasar yang perlu mendapat perhatian. Keempatnya adalah kekuatan, keterampilan, ketahanan dan kecepatan. Pada tes kekuatan, pemain diminta melambungkan bola dengan cara menendang. Tiga kali menggunakan kaki kanan dan tiga kali menggunakan kaki kiri. Pelaksanaannya, bola ditendang melambung ke depan dari kedua tangan untuk mendapatkan jarak terjauh yang dapat dicapai. Mengukurnya dari tempat menendang bola sampai titik jatuhnya yang pertama di tanah. Jarak terjauh dan terdekat dari tendangan-tendangan tadi diukur dan diambil rata-ratanya.

Untuk mengetahui keterampilan, pemain diminta mengendalikan bola selama satu menit. Caranya, bola diletakkan di lapangan dan pemain harus menaikkan bola dengan kakinya serta mengusahakan agar bolanya tetap berada di udara dengan cara menyundulnya dengan bagian badannya selain tangan atau lengan. Jumlah kali bola jatuh ketanah yang dihitung.

Ketahanan pemain diuji  dengan meminta pemain menendang bola dan lari cepat sebelum menembak lagi. Untuk itu, bola-bola diatur di sepanjang garis pinalti di depan gawang dengan jarak masing-masing bola sama. pemain yang di tes berdiri di belakang benderan yang ditempatkan sejauh lima meter dari tengah garis tempat bola diletakkan. Setelah diberi aba-aba pemain lari ke depan dan menendang bola ke arah gawang. Setiap kali selesai menendang bola, ia harus memutari bendera sebelum menuju bola berikutnya yang hendak ditendang. Pengujian ini bisa dilakukan terhadap penggunaan kedua kaki pemain secara bergantian. Waktu yang dicapai dalam menendang seluruh bola diukur. Denyut nadi istirahat diukur pada posisi berdiri sebelum tes menit pertama, kedua dan ketiga setelah tes.

Pada tes kecepatan, pemain dites dengan atau tanpa bola. Tes ini mulai dari tiap sudut lapangan futsal. pemain diminta lari dengan kecepatan maksimal dari sudut lapangan, sampai ia mencapai sudut lapangan lainnya. Ia harus secepatnya kembali ke titik awal lari dan kemudian dicatat waktu yang diraih.

Dengan melakukan tes-tes tersebut disertai dengan tes lainnya, dapatlah dievaluasi kemampuan atau penampilan pemain futsal dalam melakukan pertandingan, atau apakah ada kemajuan-kemajuan yang dicapai dalam latihan yang telah diikutinya.

 

Sumber     : Buku “Futsal”

Penulis     : Asmar jaya

Penerbit    : Pustaka Timur

 

 

Rabu, 27 Januari 2021

ILMU GIZI (Manfaat Zat Makanan)

 

Sumber Gambar. ipt.atiga.win


Setiap orang dalam siklus hidupnya selalu membutuhkan dan mengkonsumsi berbagai bahan makanan. Zat gizi yaitu zat-zat yang diperoleh dari bahan makanan yang dikonsumsi tadi, mempunyai nilai yang sangat penting (tergantung dari macam-macam bahan makanannya) untuk:

a.  Memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan

b.  Memperoleh energi guna melakukan kegiatan fisik sehari-hari

Termasuk dalam memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yaitu penggantian sel-sel yang rusak dan sebagai zat pelindung dalam tubuh (dengan cara menjaga keseimbangan cairan tubuh). proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang terpelihara dengan baik akan menunjukkan baiknya kesehatan yang dimiliki seseorang. Seseorang yang sehat tentunya memiliki daya pikir dan daya kegiatan fisik sehari-hari yang cukup tinggi.

Nilai yang sangat penting dari bahan makanan atau zat makanan bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi guna melakukan kegiatan sehari-hari seperti dikemukakan di atas tergantung dari keadaan dan macam-macam bahan makanannya. Namun demikian, apabila bahan-bahan makanan itu:

a.  Tersaji dalam keadaan cukup higienis ( tidak mengandung kuman-kuman penyakit, tidak mengandung zat-zat toksin/racun yang dapat membahayakan kelangsungan hidup seseorang.

b.  Cukup mengandung kalori, protein (dengan memiliki kesepuluh asam amino esensial, cukup mengandung lemak, cukup mengandung vitamin dan mineral)

c.   Dapat mudah tercerna oleh alat-alat pencernaan

d.  Pengolahan atau pemasakannya disesuaikan dengan sifat fisis dan khemis dari masing-masing bahan makanan

e.  Dihidangkan dalam keadaan yang tepat dan baik, artinya pada suhu yang tidak terlalu tinggi atau terlalu rendah.

Maka nilainya bagi pertumbuhan dan perkembangan fisik serta perolehan energi guna melakukan kegiatan sehari-hari adalah cukup tinggi. Kenyataannya poin a sampai dengan e diatas sering kurang diperhatikan sehingga tidak jarang kita akan berhadapan dengan manusia-manusia atau bahkan kita akan merasakan sendiri.

a.  Pertumbuhan dan perkembangan tubuh yang kurang normal, banyak keluhan karena berbagai penderitaan yang berkaitan dengan kemulusan dan kesegaran fisik.

b.  Kelesuan, tidak bergairah melakukan kegiatan sehari-hari dan lain-lain.

Kenyataan pula bahwa hingga sekarang banyak di antara penduduk Indonesia yang enggan mengkonsumsi beberapa bahan makanan tertentu, baik karena pantangan yang turun temuru yang salah diwariskan oleh leluhurnya, maupun karena gayan hidup mewah sehari-hari yang dipraktekkannya, padahal bahan-bahan makanan tersebut terkenal bergizi dan telah dianjurkan oleh pemerintah. (Dalam hal ini kita mengenal “empat sehat lima sempurna”, di Amerika dikenal dengan Seven Basic”). Makanan yang bergizi tidak selalu harus makanan yang mahal, mewah, bahkan dalam banyak bukti makanan yang demikian kurang bergizi. Bahan makanan yang mudah diperoleh dan harganyapun terjangkau oleh mereka yang berpenghasilan rendah banyak yang bergizi dan bahan-bahan makanan yang demikian perlu mendapat perhatian untuk dikonsumsi dengan sebaik-baiknya. Selera dan gairah untuk memakannya tergantung dari kepandaian pengolahannya dan ketepatan waktu penyajiannya.

Kadar zat makanan (gizi) pada setiap bahan makanan memang tidak sama, ada yang rendah dan ada pula yang tinggi, karena dengan memperhatikan “empat sehat lima sempurna” yang selalu dianjurkan pemerintah, setiap bahan makanan akan saling melengkapi zat makanan/gizinya yang selalu dibutuhkan tubuh manusia guna menjamin pertumbuhan dan perkembangan fisik serta energi yang cukup guna melaksanakan kegiatan-kegiatannya. Zat makanan (gizi) yang diperlukan tubuh manusia ada yang berasal dari tumbuh-tumbuhan (pangan nabati) dan ada pula yang berasal dari hewan (pangan hewani).

 

Sumber     : Buku “Ilmu Gizi”.

Penulis     : Kartasapoetra

                     Marsetyo

Penerbit    : Rineka Cipta

Sabtu, 23 Januari 2021

BELAJAR DAN PEMBELAJARAN (Hakikat Belajar)

 

Sumber Gambar. wahanabelajar.com


Belajar merupakan proses hidup yang sadar atau tidak harus dijalani semua manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, pengetahuan, keterampilan dan sikap. Manusia belajar sejak lahir hingga akhir hayatnya. Seorang bayi mencoba menguasai keterampilan-keterampilan yang sederhana seperti memegang berbagai benda dan mengenal orang-orang di sekelilingnya. Setelah memasuki masa kanak-kanak dan remaja, sejumlah sikap, nilai dan kemampuan berinteraksi pada diri seseorang, lalu tercapailah suatu kompetensi. Kemudian, pada saat dewasa, seseorang seyogyanya telah mahir dengan aktivitas-aktivitas tertentu yang lebih kompleks seperti berwirausaha, membuat rumah, mengendarai kendaraan dan menjalin kerjasama dengan orang lain.

Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan mahluk hidup lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat, belajar berperan penting dalam mentransmisikan budaya dan pengetahuan dari generasi ke generasi.

Secara formal, belajar dilakukan di lembaga pendidikan, entah itu tingkat sekolah dasar, sekolah tingkat pertama, sekolah tingkat atas dan perguruan tinggi. Proses belajar juga bisa dilakukan di tempat kursus, pelatihan dan aktivitas pendidikan lainnya yang luas dan tak terbatas. Dalam konteks yang lebih besar, belajar tidak hanya dilakukan di lembaga formal, melainkan juga bisa dilakukan dalam kehidupan yang maha luas ini. Disini, meminjam istilah yang dipakai oleh motivator terkenal Gede Prama, “alam semesta dan kehidupan merupakan guru tertinggi”. Atau bisa juga disebut “alam berkembang menjadi Guru”.

Belajar dalam arti yang luas adalah proses persentuhan seseorang dengan kehidupan itu sendiri. dari proses ini, seseorang akan memperoleh pengetahuan, pengalaman dan keterampilan. Dari sini, seseorang juga bisa memperoleh kebijakan. Suatu adonan yang serasi antara kecerdasan akal, kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual. Pengetahuan, pengalaman, keterampilan dan kebijakan sangat berguna bagi seseorang untuk menjalani kehidupan.

Itulah hakikat belajar yang bisa dilakukan di lembaga formal maupun di hamparan alam semesta dan kehidupan yang maha luas ini. Untuk itu, dalam metode belajar yang baik, proses belajar dan mengajar sebaiknya tidak selalu dilakukan di ruangan tertutup, terkungkung, dan terbatas dalam kelas, melainkan juga dilakukan di luar ruangan yang lebih leluasa, bebas dan tak terbatas. Proses belajar yang selalu dilakukan di dalam ruangan, sebagaimana banyak kita temui pada kebanyakan metode belajar yang konvensional, merupakan hal yang monoton, usang dan konsertvatif. Dengan cara belajar di luar ruangan, suasana menjadi lebih segar dan variatif. Dalam kondisi yang fresh, segar dan enjoy peserta didik akan mudah menerima pelajaran. Proses belajar dan mengajar pun berlangsung secara menyenangkan dan tentu saja optimal.

 

Sumber     : Buku “ Teori-Teori Belajar dan Aplikasi Pembelajaran Motorik”

Penulis     : Heri Rahyubi

Penerbit    : Nusa Media



Kamis, 21 Januari 2021

KEBUGARAN JASMANI (Rekomendasi Durasi Aktivitas Fisik Untuk Menjaga Kebugaran)

 

Sumber Gambar. alodokter.com

 

Publik dan beberapa instruktur fitness atau kebugaran merasa bingung. Selama bertahun-tahun mereka berpikir latihan harus intensif, yang diindikasikan dengan pernapasan yang berat dan persentase denyut jantung maksimal tertentu, jika ingin mendapatkan manfaat yang diinginkan. Rekomendasi tersebut masih tetap benar jika anda berusaha keras untuk meningkatkan kebugaran aerobik anda. Tapi bagaimana jika tujuan anda hanya untuk meningkatkan atau mempertahankan kesehatan.

Pada musim panas 1993, American College of Sport Medicine (ACSM) dan U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengumpulkan sekelompok pakar-pakar terkenal di dunia untuk mengembangkan rekomendasi baru berkenaan dengan aktivitas fisik dan kesehatan. Mereka membahas kembali bukti ilmiah terakhir dan merekomendasikan consensus berikut ini:

·       Setiap orang dewasa harus mengakumulasi 30 menit atau lebih aktivitas fisik berintensitas sedang hampIr setiap hari dalam satu minggu.

·       Karena kebanyakan orang yang dewasa gagal memenuhi tingkat rekomendasi aktivitas fisik berintensitas rendah, hamper semuanya harus berusaha keras untuk menambah partisipasinya dalam aktivitas fisik yang sedang atau berat.

Rekomendasi tersebut menyarankan bahwa berbagai aktivitas dapat menghasilkan setelah 30 menit, termasuk berjalan kaki, berkebun dan berdansa. Aktivitas fisik selama 30 menit (atau lebih) juga dapat berasal dari olahraga atau rekreasi yang terencana, seperti jogging, bersepeda dan berenang. Rekomendasi menyebutkan bahwa cara spesifik untuk memenuhi standar adalah berjalan cepat sejauh 2 mil. Rekomendasi ACSM/CDC menyatakan bahwa orang yang tidak melakukan aktivitas fisik secara teratur harus memulai dengan beberapa menit aktivitas sehari-hari dan secara perlahan ditingkatkan hingga 30 menit.

Rekomendasi ini berdasarkan pada penelitan terakhir yang menunjukkan bahwa orang dewasa yang melakukan aktivitas tingkat menengah secara teratur, cukup untuk membakar kira-kira 200 kalori sehari (misalnya berjalan cepat atau jogging sejauh 2 mil), dapat mengharapkan berbagai keuntungan kesehatan danri olahraga (Leon, Connett, Jacobs, dan Rauramaa, 1987). Dari sudut pandang kesehatan public, kita akan mendapatkan keuntungan lebih jika berjuta-juta orang menjadi aktif ketimbang hanya sedikit yang sangat bugar.


Sumber     : Buku “Kebugaran dan Kesehatan”

Penulis     : Brian J. Sharkey

Penerbit    : PT. Rajagrafindo Persada




Minggu, 17 Januari 2021

PERKEMBANGAN KURIKULUM DI INDONESIA

 

Sumber Gambar. mediaindonesia.com
 

Setelah kemerdekaan Republik Indonesia, kurikulum yang diterapkan sudah mengalami beberapa pergantian yang dikelompokkan berdasarkan tiga kelompok kurikulum, yakni rencana pelajaran, kurikulum berbasis tujuan, dan kurikulum berorientasi kompetensi.

1.  Kurikulum Rencana Pelajaran (1947-1968)

Dan pada rentang waktu 1947-1968 telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, diantaranya adalah:

 

a.   Kurikulum Tahun 1947 (Rentjana Pelajaran 1947)

Pada awal kemerdekaan, istilah kurikulum dikenal dengan leer plan. Dalam bahasa belanda, artinya rencana pelajaran, dan lebih populer ketimbang curriculumkulum dalam bahasa inggris seperti yang kita kenal hari ini. Kurikulum yang dipakai oleh Bangsa Indonesia pada tahun 1947 adalah Rentjana Pelajaran 1947. Dalam kurikulum ini terdapat dua hal pokok yaitu:

1)  Daftar mata pelajaran dan jam pengajarannya

2)  Garis-garis besar pengajaran

 

b.   Kurikulum 1952 (Rentjana Peladjaran Terurai 1952)

Pada tahun ini, Menteri PP dan K yang pada waktu itu dijabat oleh Mr. Soewandi melakukan usaha untuk mengubah sistem pendidikan dan pengajaran sehingga akan lebih sesuai dengan keinginan dan cita-cita bangsa Indonesia pada saat itu.

Kemudian dibentuklah Panitia Penyelidik Pengajaran dalam rangka mengubah sistem pendidikan kolonial ke dalam sistem pendidikan nasional. Dan salah satu hasil dari panitia tersebut adalah menyangkut kurikulum rencana pelajaran pada setiap tingkat pendidikan harus memperhatikan hal-hal sebagai berikut (Depdikbud, 1979:108):

1)  Pendidikan pikiran harus dikurangi

2)  Isi pelajaran harus dihubungkan terhadap kesenian

3)  Pendidikan watak

4)  Pendidikan jasmani

5)  Kewarganegaraan dan masyarakat

 

c.   Rencana Peladjaran 1964

Sesuai dengan keputusan MPRS No. II/MPRS/1960 telah dirumuskan mengenai manusia sosialis Indonesia sebagai suatu bagian dari sosialisme Indonesia yang menjadi tujuan pembangunan nasional, yakni tata masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila. (Tilaar, 1995: 254).

Maka pelaksanaan keputusan tersebut di sekolah diimplementasikan ke dalam kurikulum yang dapat menjiwai keputusan MPRS tersebut. melalui keputusan Presiden Republik Indonesia No. 145 tahun 1965 tentang Nama dan Rumusan Induk Sistem Pendidikan Nasional antara lain dirumuskan mengenai pembinaan manusia Indonesia sebagai berikut:

1)  Manusia Indonesia baru yang berjiwa Pancasila Manipol atau USDEK dan sanggup berjuang untuk mencapai cita-cita tersebut

2)  Manpower yang cukup untuk melaksanakan pembangunan

3)  Kepribadian kebudayaan nasional yang luhur

4)  Ilmu dan teknologi yang tinggi

5)  Pergerakan massa aksinya seluruh kekuatan rakyat dalam pembangunan dan revolusi

 

d.   Kurikulum 1968

Ditangan pemerintahan Orde Baru pendidikan di Indonesia memiliki warna tersendiri, hal ini sesuai dengan ketetapan TAP MPRS No. XXVII/MPRS/1966 tentang agama, pendidikan, dan kebudayaan, maka dirumuskan mengenai tujuan pendidikan sebagai bentuk manusia Pancasilais sejati berdasarkan ketentuan-ketentuan sesuai dengan Pembukaan UUD 1945 dan isi UUD 1945.

Pada prinsipnya, kelahiran Kurikulum 1968 sangatlah bersifat politis. Mengganti Rencana Pendidikan 1964 yang dicitrakan sebagai Produk Orde Lama, dengan tujuannya pada pembentukan manusia Pancasila sejati. Kurikulum 1968 menekankan pendekatan organisasi materi pelajaran:

1)  Kelompok Pembinaan Pancasila

2)  Pengetahuan dasar

3)  Kecakapan Khusus

 

2.   Kurikulum Berorientasi Pencapaian Tujuan (1975-1994)

Dan pada rentang waktu 1975-1994 juga telah terjadi beberapa pergantian kurikulum, diantaranya adalah:

a.   Kurikulum 1975

Pada tahun 1973, GBHN pertama dilaksanakan sebagai Keputusan MPR No. II/MPR/1973. Hal ini berdasarkan TAP MPR dan juga hasil dari beberapa percobaan dalam bidang pendidikan dan pengajaran sehingga lahirlah kurikulum 1975.

Dan pada kurikulum inilah untuk pertama kalinya terlihat dengan jelas tujuan pendidikan. Dari tujuan pendidikan tersebut dijabarkanlah tujuan-tujuan yang ingin dicapai seperti tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, dan berbagai rincian lainnya sehingga jelas apa yang akan dicapai melalui kurikulum tersebut.

Kurikulum 1975 dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan sekolah yang secara umum mengharapkan lulusannya:

1)  Memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik

2)  Sehat jasmani dan rohani, dan

3)  Memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap dasar yang diperlukan untuk melanjutkan pelajaran

4)  Bekerja di masyarakat

5)  Mengembangkan diri sesuai dengan asas pendidikan hidup


b.  Kurikulum 1984

Lama kurikulum 1975 diterapkan akhirnya pada tahun 1984 ditetapkanlah kurikulum yang baru, yaitu kurikulum 1984 yang merupakan penyempurnaan dari kurikulum 1975. Perubahan ini dimaksudkan agar adanya pembaharuan pendidikan nasional, begitu pula dengan TAP MPR No. IV/1983, maka lahirlah Kurikulum 1984.

Adapun ciri umum kurikulum ini adalah sebagai berikut:

1)  Berorientasi kepada tujuan instruksional.

2)  Pendekatan pengajarannya berpusat pada anak didik melalui cara belajar siswa aktif (CBSA)

3)  Materi pelajaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiritual

4)  Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan

5)  Menggunakan pendekatan keterampilan proses


c.   Kurikulum 1994

Lahirnya undang-undang pokok pendidikan Nasonal No. 02 tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, maka dirasa perlu menyusun suatu kurikulum baru sebagai penyempurnaan dari Kurikulum 1984.

Adapun ciri umum dari kurikulum ini adalah sebagai berikut:

1)  Kurikulum bersifat objective based curriculum

2)  Mempergunakan sistem caturwulan

3)  Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat

4)  Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia

5)  Dalam pelaksanaan kegiatan, guru menggunakan strategi yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik dan sosial

 

3.  Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004

Setelah berjalannya kurikulum 1994, pergantian kekuasaan kembali terjadi, dan kurikulumpun kembali berubah. Dan mulai tahun 2004 lahirlah kurikulum baru dengan nama Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) diterapkan di Indonesia.

Kurikulum ini mengharapkan agar siswa yang mengikuti pendidikan di sekolah memiliki kompetensi yang diinginkan, karena konsentrasi kompetensi adalah pada perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak.

Depdiknas mengemukakan karakteristik KBK adalah sebagai berikut:

a.   Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa baik secara individual maupun klasikal

b.   Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman

c.   Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode bervariasa

d.   Sumber belajar bukan hanya guru tetapu juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif

e.   Penilaian menekankan pada proses dan hasil belajar dalam upaya penguasaan atau pencapaian suatu kompetensi.

 

4.   Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006

Pada tahun 2001, beredarlah  Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah dengan diberlakukannya otonomi daerah dan termasuk dalam bidang pendidikan dan kebudayaan. Visi pokok dari otonomi dalam penyelenggaraan pendidikan bermuara pada upaya pemberdayaan terhadap masyarakat daerah untuk menentukan sendiri jenis dan muatan kurikulum, proses pembelajaran dan sistem penilaian hasil belajar, guru dan kepala sekolah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) ini disusun untuk menjalankan amanah yang tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dan Peraturan Pemerintahan Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (Muslich, 2009:1)

Otonomi penyelenggaraan pendidikan tersebut pada gilirannya berimplikasi pada perubahan sistem manajemen pendidikan dari pola sentralisasi ke desentralisasi dalam pengelolaan pendidikan, dimana guru memiliki otoritas dalam mengembangkan kurikulum secara bebas dengan memperhatikan karakteristik siswa dan lingkungan di sekolah masing-masing.

 

5.   Kurikulum 2013

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Prof. Ir. Muhammad Nuh, DEA mengatakan bahwa kurikulum 2013 ini lebih ditekankan pada kompetensi dengan pemikiran kompetensi berbasis sikap, keterampilan dan pengetahuan. Adapun ciri kurikulum 2013 yang paling mendasar ialah:

a.   Menuntuk kemampuan guru dalam berpengetahuan dan mencari tahu pengetahuan sebanyak-banyaknya karena siswa zaman sekarang telah mudah mencari informasi dengan bebas melalui perkembangan teknologi dan informasi

b.   Siswa lebih didorong untuk memiliki tanggung jawab kepada lingkungan, kemampuan interpersonal, antarpersonal, maupun memiliki kemampuan berpikir kritis.

c.   Memiliki tujuan agar terbentuknya generasi produktif, kreatif, inovatif dan afektif.

d.   Khusus untuk tingkat SD, pendekatan tematik integratif member kesempatan siswa untuk mengenal dan memahami suatu tema dalam berbagai mata pelajaran.

e.   Pelajaran IPA dan IPS diajarkan dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia

 

Terdapat empat aspek yang menjadi fokus dalam rencana implementasi dan keterlaksanaan kurikulum 2013.

a.  Kompetensi guru dalam pemahaman substansi bahan ajar, yang menyangkut metodologi pembelajaran, yang nilainya pada pelaksanaan uji kompetensi guru (UKG) baru mencapai rata-rata 44,46

b.  Kompetensi akademik di mana guru harus menguasai metode penyampaian ilmu pengetahuan kepada siswa.

c.   Kompetensi sosial yang harus dimiliki guru agar tidak bertindak asosial kepada siswa dan teman sejawat.

d.  Kompetensi manajerial atau kepemimpinan karena guru sebagai seorang yang akan digugu dan ditiru siswa

Kesiapan guru sangat urgen dalam pelaksanaan kurikulum ini. Kesiapan guru ini akan berdampak pada kegiatan guru dalam mendorong mampu lebih baik dalam melakukan observasi, bertanya, bernalar dan mengkomunikasikan apa yang telah mereka peroleh setelah menerima materi pembelajaran. 


Sumber          : Buku “Impelemntasi Kurikulum 2013, Konsep dan Penerapan”

Penulis          : Imas Kurniasih & Berlin Sani

Penerbit         : Kata Pena   



Popular Post