Sabtu, 30 Januari 2021

SEJARAH OLAHRAGA (Olimpiade Masa Kuno)

 

 

Sumber Gambar. brilio.net


Ribuan tahun yang lalu, masyarakat dunia sudah mengenal aktivitas olahraga. Mereka tentunya belum mengenal olahraga dalam lingkup yang kecil atau sederhana. Salah satunya adalah masyarakat Yunani yang melakukan aktivitas olahraga ini ke dalam kegiatan mereka sehari-hari, seperti kegiatan militer. Tentara mereka setiap harinya dididik dengan disiplin untuk menjadi tentara yang siap bertempur demi mengemban tugas membela negara.

 

Sejarah Awal Mula Olimpiade

Pada awalnya Olimpiade diselenggarakan di Yunani Kuno yang konon diselenggarakan sejak 776 SM. Even ini diadakan sebagai penghormatan masyarakat Yunani Kuno kepada Dewa Zeus. Pesta olahraga ini, seluruh masyarakat Yunani yang berpartisipasi diharuskan berlatih terlebih dahulu, kemudian mereka akan bertanding secara perseorangan.

Diberi nama Olimpiade karena dewa mereka yang bermukim di Gunung Olimpus. Olimpiade ini ternyata mampu meredam peperangan antar saudara yang sering terjadi di Yunani. Bahkan kegiatan ini dapat mempersatukan masyarakat Yunani. Keadaan ini juga di dukung dengan perjanjian, barang siapa yang melanggar gencatan senjata, maka akan dikenai denda. Selain menjadi sarana untuk mendamaikan masyarakat yang seringkali berperang, Olimpiade juga dijadikan sebagai sarana transaksi jual beli, seperti penjualan bahan makanan, buah-buahan hasil pertanian, hingga benda-benda untuk kegiatan peribadatan.

Olimpiade seringkali dijadikan ajang untuk para masyarakat kalangan menengah ke atas sebagai ajang pembuktian eksistensi dan kekayaannya. Misalnya, pada pertandingan kereta kuda yang ditarik oleh empat kuda. Jarak yang ditempuh untuk  nomor ini adalah berjarak 14 Km. Pamer kekayaan ini semakin terlihat dengan seorang peserta yang mengikut sertakan 7 kereta kudanya untuk mengikuti nomor kereta kuda ini.

 

Olimpiade Sebagai Pesta Olahraga Terbesar

Buktinya adanya penyelenggaran pesta olahraga terbesar di Yunani adalah dapat ditemukannya sisa-sisa puing bangunan atau gelanggang yang terdapat di alam terbuka, yang merupakan tempat dimana para atlit berlatih. Peninggalan bersejarah ini kini dilestarikan oleh pemerintah Yunani. Selain bangunan, ditemukan juga sisa-sisa bentukan seperti pijakan yang digunakan pelari sebagai awal pada saat start. Selain itu, ditemukan  juga patung-patung batu sang juara yang beberapa bagiannya sudah mulai terkikis.

Olimpiade pada masa kuno ini dulu dilangsungkan dengan peralatan seadanya. Bahkan para atlet pada nomor lari tidak menggunakan alas kaki seperti sepatu. Bahkan, para atlet pada nomor lari tidak menggunakan alas kaki seperti sepatu. Cabang olahraga lainnya yang terbilang keras adalah olahraga yang menggabungkan cabang olahraga gulat dan cabang olahraga tinju yang dinamakan Pankration. Di nomor ini, para atlet diperbolehkan untuk melakukan manuver yang keras dan cenderung mematikan, seperti mencekik lawan dan menyepak. Namun, ada peraturan yang melarang atlet untuk menyerang pada daerah mata, seperti memijit pada bagian mata, mematahkan tulang-tulang jari, hingga menggigit anggota badan. Pada nomor ini, penilaian pada pemenang ditunjukkan dengan atlet yang dapat memukul pada bagian kepala lawan. Sementara lawan yang kalah harus mengacungkan jari mereka sebagai tanda pengakuan atas kekalahan.

Olimpiade pada masa kuno saat itu hanya diperbolehkan diikuti oleh kaum pria. Salah satu alasannya adalah hampir seluruh nomor yang dipertandingkan mangharuskan para atlit untuk bertelanjang atau tanpa mengenakan pakaian secara utuh. Hal ini pun menjadi kebanggan tersendiri bagi para pria karena mereka berkesempatan untuk memperlihatkan tubuh atletis mereka. Atlet yang berhasil menjadi juara akan diberikan mahkota yang terbuat dari dedaunan seperti daun zaitun. Setelah itu, sang juara akan diarak keliling kota. Penghargaan lainnya yang mereka dapatkan adalah terbebas dari beban wajib pajak. Selain itu, beberapa penjabat pemerintah akan memberikan sejumlah bonus berupa uang yang nominalnya besar.


Sumber     : Buku “Super Lengkap Olahraga”

Penulis     : Mikanda Rahmani

Penerbit    : Dunia Cerdas



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar serta kritik dan saran yang membangun. Terima Kasih.

Popular Post