Rabu, 13 Mei 2015

PROSES DAN KONDISI BELAJAR GERAK


BAB I
PENDAHULUAN

Latar Belakang
Dalam menyajikan tentang proses dan kondisi belajar gerak. Pembahasan tentang proses gerak meliputi terjadinya fase-fase dalam belajar gerak menurut Fitts dan Posner, dan menurut Adam. Pembahasan tentang kondisi belajar gerak meliputi kondisi internal dan kondisi ekternal yang perlu ada agar proses belajar bisa mencapai hasil yang diharapkan.
Materi yang dibahas adalah mengenai hal-hal yang bisa dihayati dan dilihat dalam proses belajar mengajar, oleh karena itu akan menarik sekali dan lebih mudah dipahami apabila sambil mempelajari modul ini anda membandingkannya dengan apa yang pernah Anda alami atau anda lihat didalam aspek pengajaran pendidikan jasmani.
 Pengetahuan yang Anda peroleh sangat bermanfaat di dalam Anda menunaikan tugas mengelola tugas belajar mengajar gerak keolahragaan, karena dengan pemahaman yang baik mengenai proses kondisi belajar gerak. Anda akan bisa merencanakan dan melaksanakan program pengajaran dengan lebih baik. Anda akan lebih bisa menciptakan kondisi yang diperlukan oleh pelajar agar kemampuannya berkembang secara optimal.
Setelah mempelajari modul ini diharapkan Anda dapatmenjelaskan mengenai proses dan kondisi belajar gerak serta menjelaskan kemungkinan penerapannya dalam pengelolaan proses belajar gerak keolahragaan. Apa yang diharapkan dapat dirinci sebagai berikut:
Menjelaskan  3 fase belajar gerak menurut Fitts dan Posner.
Menjelaskan 2 fase belajar gerak menurut Adam, dan membandingkannya dengan fase belajar menurut Fitts dan Posner;
Menjelaskan ntentang kondisi internal dalam belajar gerak.
Menjelaskan tentang kondisi eksternal dalam belajar gerak.
Menjelaskan kemungkinan penerapan kondisi belajar gerak di dalam pengajaran pendidikan Jasmani dan olahraga melalui penggambaran contoh-contoh yang konkret.


BAB II
PEMBAHASAN
Bejalar gerak merupakan sebagian dari belajar secara umum. Sebagian bagian dari belajar gerak mempunyai tujuan tertentu. Tujuannya adalah untuk menguasai berbagai keterampilan gerak dan mengembangkannya agar keterampilan gerak yang dikuasai bisa dilakukan untuk menyelesaikan tugas-tugas gerak untuk mencapai sasaran tertentu.
Misalnya di dalam belajar gerak keolahragaan, pelajar berusaha menguasai keterampilan gerak yang sesuai dengan macam cabang olahraganya, dan kemudian memanfaatkannya agar keterampilan gerak tersebut bisa diterapkan dalam bermain, berlomba atau bertanding olahraga.
Di dalam berusaha menguasai keterampilan gerak diperlukan suatu proses belajar yaitu proses belajar gerak. proses belajar gerak pada hakikatnya berbeda dengan proses'belajar yang lain berbeda dengan proses belajar kognitif dan proses belajar afektif. Perbedaan yang ada bersumber dari aspek-aspek yang-dominan keterlibatannya di dalam proses belajarnya. Yang dominan keterlibatahnya dalam proses belajar gerak adalah aspek fisik dan psikomotor.  Yang dominan keterlibatannya dalam belajar kognitif adalah aspek pikir; sedangkan yang dominan keterlibatannya dalam belajar afektif adalah aspek emosi dan perasaan. Dengan kata dominan disini dimaksudkan untuk menggambarkan bahwa di situ ada keterlibatan yang lebih intensif dari salah satu aspek fungsi dalam diri pelajar, sementara aspek fungsi yang lain juga terlibat namun dengan intensitas yang lebih rendah. Dengan kata lain bahwa dalam ketiga macam belajar yang disebutkan diatas semua aspek'fungsi yang ada pada diri pelajar terlibat di dalam proses belajar namun intensitasnya berbeda-beda. Di dalam belajar' gerak aspek fisik dan psikomotor terlibat lebih besar dibanding serta aspek pikir serta aspek emosi dan perasaan.
Dengan adanya salah satu aspek fungsi yang lebih dominan keterlibatannya di dalam setiap macam belajar tersebut di atas, mengakibatkan adanya perbedaan-perbedaan dalam hal apa yg terjadi dalam diri pelajar selama proses belajar berlangsung. Apa yang terjadi dalam diri pelajar dan apa yg harus diperbuatnya selama proses belajar gerak berbeda dengan apa yang terjadi dalam diri belajar dan apa yang harus diperbuat dalam proses belajar kognitif atau belajar afektif. Berdasarkan kepentingannya yang: perlu dicakup dalam modul ini, dari ketiga macam belajar yang telah dikemukakan hanya mengenai proses belajar gerak yang dibahas lebih lanjut.
Mengenai proses belajar gerak ini akan dibahas dalam kaitannya dengan apa yang terjadi pada diri pelajar apa yg yang diperbuat oleh pelajar, serta tingkat penguasaan yang dicapai pada setiap tahapan atau fase belajar. Mengenai hal ini ada beberapa ahli yang telah berusaha mengemukakan teorinya antara lain adalah paul fiits bersama michel posner, kemudian juga Adam. Teori yang dikemukakan Fitts dan posner maupun yang dikemukakan oleh  Adam bisa menjelaskan fenomena belajar gerak. Dengan pembahasa mereka yang agak berbeda justru bisa digunakan semuanya dan saling melengkapi.
Fits dan Posner di dalam menjelaskan tahapan atau fase belajar gerak menekankan pada tingkat penguasaan pelajar, sedangkan Adam lebih menekankan pada bentuk perilaku pelajar. Walaupun demikian dasar berpikirnya sama. Teori yang mereka kemukakan adalah sebagai berikut :

fase belajar dan gerak Menurut Fitts dan Posner
Fitts dan posner mengemukakan bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam 3 fase belajar, yaitu :
1. fase kognitif
2. fase asosatif
3. fase otonom

Fase kognitif
kognitif merupakan fase awal dalam belajar gerak keterampilan. Fase awal ini disebut fase kognitif karena perkembangan yang menonjol terjadi pada diri pelajar adalah pelajar menjadi tahu tentang gerakan yang dipelajari; sedangkan penguasaan geraknya sendiri masih belum baik karena masih dalam taraf mencoba-coba gerakan.
fase kognitif, proses belajar diawali dengan aktif berpikir tentang gerakan yang dipelajarii. Pelajar berusaha mengetahui dan memahami gerakan dari. informasi yang diberikan kepadanya. Informasi ini bisa bersifat verbal atau bersifat visual. Informasi verbal adalah informasi yang penjelasan dengan menggunakan kata-kata. Di sini indera pendengar aktif berfungsi. Invormasi visual adalah informasi yang dapat dilihat. lnformasi ini bisa berbentuk contoh gerakan atau gambar gerakan. disini indera pelihat aktif berfungsi.

Fase asosiatif
Fase asosiatif disebut juga fase menengah. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dimana pelajar sudah mampu melakukan gerakan-gerakan dalam bentuk rangkaian yang tidak tersendat-sendat pelaksanaannya. Dengan tetap mempraktekkan berulang-ulang, pelaksanan gerakan semakin  efisien, lancar, sesuai dengankeinginannya,dan kesalahan gerakan semakin berkurang.
Untuk meningkatkan penguasaan dan kebenaran gerakan, pelajar perlu tahu kesalahan yang masihdiperbuatnya melalui pemberitahuan orang lain yang diamatinya, merasakan gerakan yang dilakukan, atau melihat gambar rekamaan pelaksanaan gerakan. Dari ketahuannya tentang kesalahan gerakan yang dilakukan pelajar perlu mengarahkan perhatiannya untuk membetulkan selama mempraktekkan berulang-ulang. Kemampuan untuk mengenali kesalahan gerakan sangat diperlukan untuk peningkatan penguasaan gerak. Untuk  meningkatkan penguasaan gerak diperlukan kesempatan yang leluasa untuk praktek berulang-ulang.
Pada fase asosiatif ini merangkaikan bagian-bagian gerakan menjadi rangkaian gerakan secara terpadu merupakan unsur penting untuk menguasai berbagai gerakan keterampilan. setelah rangkaian gerakan bisa dilakukan dengan baik, maka pelajar segera bisa dikatakan memasuki fase belajar yang disebut fase otonom.

Fase otonom
Fase otonom bisa dikatakan sebagai fase akhir dalam belajar gerak. Fase ini ditandai dengan tingkat penguasaan gerakan dr mana pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan secara sistematis. Fase ini dikatakan Sebagai fase otonom karena pelajar mampu melakukan gerakan keterampilan tanpa terpengaruh walaupun pada saat melakukan gerakan itu pelajar harus memperhatikan hal-hal lain selain gerakan yang dilakukan. Hal ini bisa terjadi karena gerakannya sendiri sudah dilakuakn secara otomatis. Contoh dari pencapaian fase otonom, misalnya pada anak yang belajar bersepeda. Setelah mencapai fase yang otonom/ia mampu mengendarai sepeda dan tidak jatuh walaupaun melakukan sambil menengok ke kanan atau ke kiri memperhatikan pemandangan di sekelilingnya. Ia lagi harus memikirkan bagaimana gerakan mengayuh atau bagaimana pegangan tangan agar keseimbangannya terjaga. Contoh lain misalnya pada pemaain Bola. Voli yang sudah mahir, ia bisa melakukan semes tanpa memikirkan bagaimana gerakan langkah awalan, atau.bagaimana meloncat agar bisa memukul bola. Ia bisa melakukan semes sambil memperhatikan sasaran kemana bola harus dipukul agar tidak bisa dikembalikan oleh lawan.
Untuk mencapai fase otonom diperlukan praktek berulang-ulang secara teratur. Setelah dicapai fase otonom kelancaran dan kebenaran gerakan masih dapat ditingkatkan, namun peningkatannya tidak lagi secepat pada fase-fase belajar sebelumnya. Pada fase ini dimana gerakan sudah menjadi otomatis, untuk mengubah bentuk gerakan cukup sulit. Untuk mengubahnya perlu ketekunan.


Fase Belajar Gerak Menurut Adam
Di dalam membahas tentang fase belajar gerak keterampilan Adam melihatnya dari perilaku yang terjadi pada diri pelajar. Adam berpendapat bahwa proses belajar gerak keterampilan terjadi dalam 2 fase yaitu:
2. fase gerak

apa  yang dimaksud dengan kedua fase belajar tersebut adalah sebagai berikut.

Fase gerak verbal
Fase gerak verbal adalah fase belajar gerak di mana gerakan yang dipelajari masih berada pada pikiran pelajar. Pelajar membayangkan dalam pikirannya mengenai gerakan keterampilan yang dipelajari. Memikirkan gerakan berarti merangkai gerakan dalam bentuk kata-kata. Misalnya di dalam mempelajari gerakan mengguling ke depan senam lantai; pelajar membayangi berdiri tegak dengan kedua kaki rapat. Gerakannya diawali dengan membungkukkan badan, kemudian kedua telapak tangan menumpu pada matras dengan jarak selebar bahu, dan seterusnya.dengan menggunakan rangkaian kata-kata itulah sebenarnya proses berpikir tentang gerakan bisa dilakukan. Gerakan yang dipikirkan itu kemudian diwujudkan dalam gerakan tubuh secara nyata. Pelajar berusaha melakukan gerakan sesuai dengan yang dipikirkannya. Aktivitas gerak tubuh masih dipengaruhi oleh aktivitas berpikir. Pada vase ini pada saat berusaha menguasai gerakan, pikirannya masih tertuju pada memikirkan gerakan apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukannyadengan benar. Gerakannya belum bisa dilakukan dengan benar dan lancar, karena itu  pelajar masih harus berpikir mengenai gerakannya itu sendiri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa pada fase gerak verbal antara aktivitas melakukan gerakan dengan aktivitas berpikir tentang gerakan yang harus dilakukan berlangsung bersama-sama.

Fase gerak
Fase gerak merupakan kelanjutan dari fase gerak-verbal. Pada fase gerak ini karena penguasaan geraknya sudah baik, maka pada saat melakukan gerakan seolah-olah tidak memikirkan lagi gerakan yang sedang dilakukan. Di sini seolah-olah antara aktivitas gerak tubuh dengan aktivitas berpikir bisa dipisahkan. Aktivitas berpkir mengenai gerakan hanya sampai pada kesadaran pemberian komando gerak, untuk selanjutnya geraknya bisa dilakukan secara otomatis tanpa harus memikirkan gerakannya itu sendiri. Dengan kata lain bisa dinyatakan bahwa  perilaku gerak tubuh independen atau tidak dipengaruhi oleh aktivitas berpikir pada saat melakukan gerakan.
Fase gerak ini apabila dibandingkan dengan fase-fase belajar menurut fitts and posner adalah berada pada fase otonom.
pembagian fase-fase belajar yang dikemukakan oleh Adam tampaknya lebih realistis untuk menjelaskan fenomena proses belajar gerak. Di dalam belajar gerak, aktivitas berpikir yang dilakukan adalah berpikir tentang gerakan yang dipelajari, untuk kemudian dilakukannya dalam bentuk gerakan nyata. Jadi aktivitas berpikir yang dilakukan oleh pelajar tidak terpisah dalam satu fase tersendiri seperti halnya yang dikemukakan oleh Fittsdan Posner. Namun bagairanapun baik teori yang dikemukakan oleh Fitts dan Posner maupun yang dikemukakan oleh Adam, keduanya tetap berguna untuk menjelaskan fenomena proses belajar gerak.

Kondisi belajar merupakan suatu istilah yang digunakan dalam, dunia pendidikan, yang mempunyai pengertian tertentu. Kata kondisi bisa berarti keadaan atau syarat. Sedangkan belajar bisa berarti terjadinya perubahan pembawaan atau kemampuan setelah terjadi proses edukatif. Dari arti kedua kata tersebut dapat untuk menjelaskan pengertian kondisi belajar.
Kondisi belajar adalah suatu keadaan yang diperlukan agar proses belajar bisa berlangsung sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Keadaan yang diperlukan agar proses belajar terjadi mencakup keadaan yang ada pada diri pelajar dan perlakuan yang dikenakan kepada pelajar.
Kondisi belajar sangat menentukan pencapaian hasil belajar. Kondisi belajar yang sesuai dengan keperluannya, bisa memberikan kemungkinan pencapaian hasil belajar yang baik. Sebaliknya kondisi belajar yang tidak sesuai dengan keperluan bisa mengakibatkan pencapaian hasil belajar, yang tidak baik. Karena kondisi belajar berpengaruh terhadap kualitas pencapaian hasil belajar, maka kondisi belajar harus disiapkan sebaik-baiknya dalam proses belajar-mengajar.
kondisi belajar harus disesuaikan dengan jenis belajar yang ditangani dalam proses belajar-mengajar. Kondisi belajar yang sesuai untuk belajar kognitif, belajar afektif, dan belajar gerak adalah berbeda-beda. Masing-masing jenis belajar tersebut perlu penanganan yang berbeda-beda dalam proses belajar-mengajar.

Kondisi Internal dalam Belajar Gerak
Kondisi internal adalah keadaan yang seharusnya ada pada diri si pelajar. Kondisi internal dalam belajar gerak meliputi 2 macam, yaitu:
1.Pelajar harus mengingat bagian-bagian gerakan keterampilan
2. Pelajar harus mengingat urut-urutan rangkaian gerakan.





Kedua macam kondisi internal tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:

Mengingat bagian gerakan
untuk mempelajari gerakan keterampilan baru, hanya dimungkinkan apabila pelajar memiliki modal berupa kemampuan melakukan gerakan-gerakan yang merupakan dasar terbentuknya gerakan yang baru. Misalnya agar pelajar dimungkinkan mempelajari keterampilan gerak menggiring bola, harus terlebih dahulu mampu berjalan atau berlari. Gerakan berjalan atau berlari tersebut harus dapat diingat dan dilakukan pada saat dia mempelajari gerakan menggiring; karena tanpa berjalan atau berlari tidak mungkin bisa menggiring bola. Kemudian mengenai gerakan menggiring bola  juga harus diingat bagian-bagian geraknya. Pelajar harus mengingat penjelasan dan contoh gerakan yang diberikan kepadanya. Tanpa mengingat bagaimana gerakan kaki  saat melangkah dan saat menyentuh bola menggunakan bagian kaki tertentu, pelajar tidak akan melakukan gerakan menggiring bola tersebut. Contoh lainnya adalah dalam belajar bermain tenis. Agar pelajar bisa bermain tenis dengan baik, maka ia harus bisa mengingat bagaimana melakukan pukulan servis, bagaimana  melakukan pukulan apabila bola berada disebelah kiri dari arah tubuhnya. Tanpa bisa mengingat bagian-bagian gerakan keterampilan tersebut, ia tidak akan bisa bermain tennis.

Mengingat urutan rangkaian gerakan
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan rangkaian dari gerakan-gerakan. Apabila pelajar tidak bisa mengingat urutan rangkaian dari gerakan-gerakan, maka ia tidak akan mampu melakukan gerakan keterampilan dengan baik. Contohnya masih mengenai belajar bermain tenis. Agar ia bisa bermain dengan baik, ia harus ingat bagaimana urutan gerakan servis, urutan gerakan mengejar bola kemudian memukulnya dan sebagainya. Sebelum melakukan pukulan servis, pelajar harus ingat bahwa terlebih dahulu harus berdiri di luar garis belakang sambil memegang raket dan boal. Bola dilambungkan terlebih dahulu, kemudian dipukul sebelum bola jatuh kembali dilapangan. Selain itu juga harus ingat mengenai apa yang harus dilakukan selanjutnya.  

Kondisi eksternal dalam Belajar Gerak
Kondisi eksternal dalam belajar gerak adalah stimulus dari luar diri pelajar atau perlakuan yang dikenakan pada diri pelajar agar proses belajar bisa terjadi.
Kondisi eksternal meliputi 4 macam, yaitu:
Sajian instruksi verbal.
Sajian instruksi visual.
Kegiatan praktek
Penyampaian umpan balik.


Sajian instruksi verbal
Instruksi verbal bisa diterjemahkan menjadi pengajaran menggunakan kata-kata. Instruksi verbal dalam belajar gerak adalah berupa penjelasan mengenai gerakan yang dipelajari. Di sini pelajar memperoleh penjelasan mengenai apa yang harus dilakukan dan bagaimana sebaiknyai melakukannya.
Penjelasan sebaiknya diberikan secara singkat, jelas, dan menggunakan kalimat-kalimat yang sederhana. Penyampaian instruksi verbal ini hendaknya tidak terlalu lama dan tidak berbelit-belit, karena justru bisa membingungkan pelajar dan bisa membosankan. Akibatnya akan menghambat pencapaian hasil belajar.

Sajian instruksi visual
Instruksi visual adalah pengajaran di mana materi pelajaran disajikan dalam bentuk sesuatu yang bisa dilihat. Di dalam belajar gerak instruksi visual diberikandalam bentuk sajian model gerakan atau contoh gerakan.
Sajian model gerakan bisa diberikan dalam bentuk peragaan gerakan oleh seseorang atau dalam bentuk gambar bentuk gerakan. Peragaan gerakan oleh seseorang, yang mungkin dilakukan oleh guru atau orang lain. yang bisa melakukan, bisa disebut model hidup.  Sedangkan yang berupa gambar disebut model gambar.
Model gambar bisa berupa gambar diam atau berupa gambar bergerak. Gambar diam bisa diambil dari buku-buku atau lembar peraga yang memang dibuat untuk tujuan tersebut. Sedangkan gambar berupa rekaman gambar gerakan-gerakan yang dipelajari. Rekaman tersebut bisa berbentuk rekaman video kaset atau rekaman film.
Untuk sajian model gerakan, penggunaan model gambar bergerak lebih baik dibanding penggunaan model gambar diam. Gambar diam hanya bisa menyajikan bentuk-bentuk gerakan pada tahap tahap tertentu, sedangkan gambar gerak bisa memberikan gambaran keseluruhan gerakan secara utuh serta bagaimana rangkaian gerakan dilakukan. Namun untuk mengggunakan model gambar bergerak dalam kegiatan mengajar sehari-hari masih cukup banyak hendaknya,yaitu dari segi fasilitas. Untuk menggunakan model gambar bergerak diperlukan alat-alat yang cukup mahal harganya, dan kadang-kadang sulit pengadaannya.

Kegiatan praktek
Salah satu kondisi eksternal dalam belajar gerak yang berbentuk melakukan-melakukan gerakan dipelajari. Gerakan yang dipelajari dilakukan berulang-ulang. Dengan dilakukan berulang-ulang pengguasaan gerakan keterampilan bisa meningkat.
Ada beberapa prinsip yang perlu diperhatikan di dalam pengaturan kondisi praktek yang antara lain sebagai berikut:
Prinsip pengaturan giliran praktek.
Mempraktekkan gerakan keterampilan bisa dilakukan secara terus menerus tanpa istirahat. Cara ini disebut massed conditions. Dengan cara ini pelajar melakukan gerakan berulang-ulang terus menerus selama'waktu latihan, tanpa ada pengaturan kapan harus melakukan gerakan dan kapan harus beristirahat. Pokoknya pelajar terus melakukan gerakan sampai lelah, kemudian latihan diakhiri.
Cara yang kedua adalah mempraktekkan gerakan dengan diselang-seling antara melakukan gerakan dan waktu istirahat. Cara ini disebut distributed  conditions. Dengan cara ini ada pengaturan giliran melakukan gerakan beberapa kali, kemudian diseling istirahat dan setelah itu melakukan gerakan lagi.

Prinsip beban belajar meningkat
Gerakan keterampilan pada dasarnya merupakan sekumpulan dari gerakan-gerakan menjadi unsurnya. Selain itu bahwa penguasaan gerakan keterampilan akan terjadi secara bertahap dalam peningkatannya. Mulai dari belum bisa, menjadi bisa, dan kemudian menjadi terampil melakukan suatu gerakan. Dengan kenyataan-kenyataan seperti itu hendaknya pengaturan materi belâjar yang dipraktekkan dimulai dari yang mudah ke yang lebih sukar, atau yang sederhana ke yang lebih kompleks.
Prinsip kondisi belajar bervariasi
Mempraktekkan gerakan merupakan kondisi  belajar yang paling berat di dalam belajar gerak. Pelajar mengerahkan tenaganya untuk melakukan gerakan berulang kali. Ia harus memerangi rasa lelah, dan kadang-kadang harus memerangi rasa bosan. Agar kelelahan tidak cepat terjadi atau kalau terjadi tidak begitu dirasakan, serta tidak cepat terjadi kebosanan pada diri pelajar, penciptaan kondisi praktek yang bervariasi sangat diperlukan. Disini diperlukan kreativitas guru untuk menciptakan variasi.

Pemberian motivasi dan dorongan semangat
seseorang yang berbuat sesuatu dipengaruhi oleh keadaan psikologisnya. Di dalam mempraktekka gerakan agar melakukan sungguh-sungguh, pelajar perlu mempunyai motivasi yang kuat untuk menguasai gerakan dan mempunyai semangat untuk berusaha.
Motivasi untuk  menguasai gerakan bisa timbul antara lain apabila pelajar berminat terhadap gerakan. Sedangkan minat bisa timbul apabila pelajar merasa bahwa gerakayang dipelajari tersebut memberikan  manfaat bagi dirinya atau paling tidak bisa memberikan kegembiraan atau kesenangan.
Mengenai semangat berusaha bisa ditimbulkan atau ditingkatkan antara lain melalui cara menciptakan suasana kompetitif di antara pelajar. Dengan adanya suasana kinpetitif, pelajar akan berusaha berbuat sebaik-baiknya untuk bisa lebih baik dari teman-teman yang lain. Cara yang lain untuk memberikan dorongan semangat adalah memberikan instruksi atau arahan menggunakan kalimat-kalimat atau  isyarat yang membangkitkan keoptimisan pada diri pelajar bahwa ia akan mampu mencapai keberhasilan melakukan gerakan melalui mempraktekkannya berulang-ulang. Pujian perlu diberikan apabila pelajar berhasil dengan baik mempraktekkan gerakan, dan dorongan untuk berusaha lagi diberikan kepada pelajar yang belum berhasil dengan baik.

Penyampaian umpan balik
Umpan balik adalah masukan yang diterima oleh pelajar sehubungan dengan apa yang telah dikerjakan. Dari umpan balik pelajar menjadi tahu apakah yang telah dilakukan adalah benar atau pelajar menjadi tahu benar atau salah berdasarkan informasi yang tersampaikan melalui umpan balik.
Informasi yang tersimpan melalui umpan balik bisa berasal dari 2 macam sumber, yaitu sumber dari dalam diri pelajar sendiri dan bersumber dari luar diri pelajar. Umpan balik yang berasal dari dalam diri pelajar sendiri disebut umpan balik internal atau umpan balik, intrinsik;  sedangkan umpan balik yang berasal dari luar diri pelajar disebut umpan balik eksternal atau umpan balik ekstrinsik.

Umpan balik internal berasal dari apa yang dirasakan selama melakt kan gerakan. Yang paling berperan dalam umpan balik internal adalah indera kinestetik. Umpan balik yang berasal dari indera kinestetik, disebut umpan balik kinestetik. Indera kinestetik berada pada otot, persendian dan tendon. Indera kinestetik bisa disebut juga indera penggerak. Dari apa yang dirasakan selama melakukan gerakan,  pelaku bisa menandai gerakannya benar atau salah. gerakan yang dilakukan dengan benar, biasanya tidak ada pemaksaan-pemaksaan kerja otot pada bagian tubuh tertentu yang sebenarnya tidak diperlukan untuk mendukung gerakan; sehingga gerakan terasa enak dan lancar. Sebaliknya gerakan yang salah biasanya terasa tidak enak dan tidak lancar. Dari rasa gerakan yang dilakukan, pelajar bisa berusaha untuk membenarkan gerakannya.

B. Umpan balik eksternal       .
Umpan balik eksternal berasal dari luar diri pelajar. Proses penerimaan umpan balik eksternal bisa menggunakan indera pelihat atau indera pendengar. Umpan balik yang diterima melalui penglihatan atau disebut umpan balik visual, sedang yang diterima melalui pendengaran disebut umpan balik auditor.
Umpan balik visual diterima dari perbuatan yang dilakukan yang dapat dilihat. Misalnya pada seseorang yang bermain tenis. Pada saat memukul bola ia bisa menerima umpan balik tentang pukulannya benar atau salah dengan cura melihat posisi raket yang diayun dan arah serta jatuhnya bola. Apabila ternyata arah dan jatuhnya bola sesuai dengan yang dikehendaki, maka ia memperoleh umpan  balik bahwa posisi raket pada saat memukul sudah benar. Sebaliknya apabila ternyata arah dan jatuhnya bola tidak sesuai dengan yang dikehendaki, maka ia memperoleh  umpan balik bahwa posisi raket pada saat memukul tidak benar. Oleh karena itu pada pukulan berikutnya posisi raket perlu diubah.
Didalam penyampaian umpan balik, agar manfaatnya bisa diperoleh sebesar-besarnya oleh pelajar, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan oleh guru yaitu antara lain:
1. macam gerakan yang dipelajari
2. bentuk umpan balik yang perlu diberikan
3. lamanyawaktu penyampaian
4. siapa yang memerlukan
5. ketepatan saat penyampaian
6. karakteristik pribadi setiap pelajar
7. tingkat Cecerdasan setiap pelajar
8. tingkat keterampilan setiap pelajar.

Kapan sebaiknya umpan balik diberikan, dipertimbangkan berdasarkan keadaan si pelajar. perlu diperhatikan apakah pelajar memerlukan dan siap untuk menerimanya. pelajar memerlukan umpan balik apabila berulangkali melakukan kesalahan yang sama. sedangkan pelajar yang dianggap siap menerima umpan balik apabila tampak memiliki minat atau kemampuan memperbaiki kemampuannya, dan merasa memerlukan umpan balik. Apabila pelajar tidak ingin meningkatkan kemampuannya dan merasa tidak perlu diberi umpan balik, maka pemberian umpan balik justru bisa menimbulkan konflik antara guru dengan pelajar yang bersangkutan. Dalam keadaan seperti ini tidak tepat saatnya memberikan umpan balik.

Karakteristik pribadi pelajar yang diberi umpan balik perlu diperhatikan dalam hubungannya dengan cara dan gaya penyampaian, serta situasi yang tepat untuk menyampaikannya, Ada pelajar yang perasaannya halus, mudah tersinggung; tetapi juga ada pelajar yang kasar dan tidak mudah tersinggung. Perlakuan dalam pemberian umpan balik hendaknya berbeda untuk setiap kecenderungan karakteristik pribadi tersebut. Kepada pelajar yang berperasann halus dan mudah tersinggung, pemberian umpan balik dalam suasana antar pribadi atau bersifat privacy akan lebih menolong baginya untuk berkembang lebih baik. Sedangkan bagi pelajar yang perangainya kasar dan tidak mudah tersinggung, suasana seperti itu kurang begitu diperlukan.

2 komentar:

Silahkan memberikan komentar serta kritik dan saran yang membangun. Terima Kasih.

Popular Post