semester 1
PENDAHULUAN
Keberhasilan
atlet dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling mendukung. Antara faktor
yang satu dengan lainya. Faktor tersebut berasal dari dalam maupun dari luar
atlet itu sendiri yang meliputi faktor fisik, psikis, teknik, taktik, pelatih,
sarana dan prasarana latihan, latihan, sosial, dan sebagainya. Menurut Alderman
dalam Sudibyo Seyobroto (193:16) menyatakan bahwa penampilan atlet dapat
ditinjau dari empat dimensi yaitu :
1).
Dimensi kesegaran jasmani meliputi antara lain daya tahan, daya ledak,
kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, reaksi, keseimbangan, ketepatan,
dan sebagainya.
2).
Dimensi keterampilan meliputi antara lain: kinestetika, kecakapan berolahraga
tertentu, kordinasi gerak, dan sebagainya.
3).
Dimensi bakat pembawan fisik meliputi antara lain: keadan fisik, tingi badan,
berat badan, bentuk badan, dan sebagainya. 4). Dimensi psikologik meliputi:
motivasi, percaya diri, agresivitas, disiplin, kecemasan, intelegensi,
keberanian, bakat, kecerdasan, emosi, perhatian, kemauan, dan sebagainya.
Sedang
Singer dalam Singih D Gunarsa (1989:291) menyatakan bahwa olahraga adalah
kegiatan yang meliputi aspek pisik, teknik dan, psikis. Prestasi puncak
olahraga merupakan aktualisasi dari ketiga aspek tersebut. Aspek fisik adalah
keadan atlet yang berhubungan dengan struktur morfologis dan antropometrik yang
diaktualisasikan dalam prestasi, aspek teknik adalah potensi yang dimilki atlet
dan dapat berkembang secara optimal untuk menghasilkan prestasi tertentu,
sedang aspek psikis berhubungan dengan struktur dan fungsi aspek psikis baik
karakterologis maupun kognitf yang menunjang aktualisasi potensi dan dilhat
pada prestasi yang dicapai.
PEMBAHASAN
Aspek
psikis merupakan bagian dari pembinan atlet untuk meraih prestasi tingi sehinga
perlu adanya kajian khusus mengenai hal tersebut yaitu psikologi olahraga.
Psikologi olahraga merupakan bagian dari psikologi umum yang membantu mencetak
atlet dari pemula menjadi juara atau memperlihatkan prestasinya, dan membantu
atlet berbakat untuk mampu mengaktualisasikan bakatnya dalam prestasi puncak.
Psikologi
Olahraga diartikan Psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga meliputi
baik langsung terhadap atlet sebagai pribadi atau dalam tim maupun faktor-
faktor di luar atlet yang berpengaruh terhadap kepribadian dan penampilan atlet
(Singih D Gunarsa). Kajian Psikologi Olahraga meliputi:
1)
Psikologi Perkembangan,
2).
Psikologi Belajar,
3),
Psikologi Kepribadian,
4).
Psikologi Sosial,
5).Psikometri
Psikologi
Perkembangan meliputi pengetahuan mengenai masa- masa seorang atlet mengalami
/memperlihatkan kemampuan melatih diri, faktor bakat, keturunan dan pengalaman
serta proses- proses kematangan. Psikologi Belajar berhubungan dengan proses
perencanan, pelaksanan latihan, dan faktor- faktor yang mempengaruhi proses
belajar dan evaluasinya (latihan adalah proses belajar).
Psikologi
Kepribadian meliputi cara- cara beradaptasi, konsep diri, percaya diri,
disiplin, tangung jawab, motivasi, kognisi, emosi dsb. Psikologi Sosial terkait
dengan hubungan antar pribadi dan kelompok, komunikasi dengan pelatih/pembina,
keterbukan atau menutup diri. Sedang Psikometri berhubungan dengan berbagai
pengukuran terhadap keadan psikis atlet meliputi, intelegensi, minat, motivasi,
sikap, kepribadian, tingkahlaku dan sebagainya.
Aspek
psikologis yang cukup dominan dalam penampilan atlet tenis meja adalah
motivasi, emosi, dan kognisi.
MOTIVASI
Prestasi
atlet merupakan hasil penambahan antara latihan dan motivasi atlet, sehinga
motivasi ni dipandang penting dalam mencapai tujuan yaitu atlet berprestasi
maksimal. Tanpa motivasi tidak akan ada prestasi yang muncul seperti yang
dinyatakan oleh Craty melalui penelitan mengenai kecemasan dan motivasi
terhadap prestasi olahraga menunjukan bahwa tingkat kecemasan rendah dan
motivasi tinggi menghasilkan penampilan olahraga yang meningkat.
Motivasi
merupakan proses aktualisasi sumber pengerak dan pendorong tingkah laku
individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi olahraga
diartikan keseluruha daya pengerak (motif- motif) di dalam diri ndividu yang
menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi
arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Singih D Gunarsa,1989:93).
Motivasi
olahraga dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan eksrinsik.
Motivasi intrinsic merupakan dorongan yang kuat dari dalam yang menyebabkan
individu berpartisipasi. Atlet yang mempunyai motivasi intrinsik biasanya mempunyai
kepribadian yang matang, jujur, sportif, tekun, percaya diri, disiplin dan
tahan lama. Motivasi intrinsik inilah yang harus selalu ditumbuh kembangkan
dalam diri anak, sayangnya motivasi ni sulit dipelajari. Sedang motivasi
ekstrinsik merupakan dorongan berasal dari luar individu yang menyebabkan
seseorang berpartisipasi. Dalam olahraga, dorongan ini dapat berasal dari
pelatih, teman, orang tua, guru, kelompok, bangsa, hadiah, bonus, uang, dsb.
Dorongan semacam ini biasanya tidak bertahan lama. Dalam pertandingan ataupun
latihan motivasi ni harus terjaga tetap tingi agar hasilnya meningkat.
Ada
beberapa teknik untuk meningkatkan atau menaikan motivasi atlet antara lain
dengan teknik verbal, tingkah laku, insentif, supertisi, dan citra mental.
Teknik verbal berarti dalam memberi motivasi pada atlet dengan mengunakan tutur
kata sebagai alatnya. Hal ini dapat dilakuklan melalui pembicaran, diskusi,
pendekatan individual. Teknik tingkah laku merupakan cara untuk memotivasi
atlet melalui contoh atau keteladan dari pelatih dalam tingkah laku sikap
perbuatan agar dicontih oleh atlet asuhnya. Keteladanan dalam kejujuran,
disiplin, sportif, kreatif dsb. Teknik insentif dimaksudkan bahwa cara
memotivasi atlet dengan adanya “iming-iming” berwujud uang atau benda lain,
namun dapat juga dalam bentuk hadiah. Teknik supertisi merupakan kepercayan
akan sesuatu yang secara logis atau ilmiah tidak diterima, namun diangap
membawa keberuntungandalam pertandingan/latihan. Secara citra mental
dimaksudkan melatih atlet membuat gerakan- gerakan yang benar melalui majinasi,
setelah gerakan- gerakan dimatangkan dalam imajinasi kemudian benar-benar
dilaksanakan untuk dievaluasi.
KETEGANGAN/KECEMASAN
Setiap
atlet pasti pernah mengalami ketegangan/kecemasan pada saat menjelang atau saat
pertandingan/perlombaan. Ketegangan/kecemasan berpengaruh langsung terhadap
penampilan berolahraga. Sumber ketegangan/kecemasan berasal dari dalam diri
atlet dan dari luar atlet. Beberapa contoh ketegangan/kecemasan dari dalam
antara lain mengandalkan kemampuan teknik saja, puas diri, berfikir negatif.
Sedang ketegangan/kecemasan dari luar antara lain adanya stimulus yang
membingungkan, penonton, pelatih, orangtua, beda kelas, dsb
Secara
indrawi gejala ketegangan /kecemasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu gejala
fisik dan psikis. Tanda- tanda gejala ketegsangan/kecemasan fisik atlet antara
lain terjadinya perubahan irama pernafasan, terjadinya penegangan pada otot-
otot pundak, leher, perut. Sedang gejala psikis terjadinya tingkah laku yang
tidak tenang atau gelisah, perhatian terganggu, rasa percaya diri menurun,
motivasi melemah dan emosi meningkat.
Cara
mengatasi ketegangan/kecemasan melalui teknik intervensi, mencari sumbernya,
pembiasan, dan teknik khusus. Teknik intervensi dimaksudkan pelatih dalam
usahanya mengurangi/menghilangkan ketegangan/kecemasan langsung bertindak
kepada atletnya melalui nstruksi mengenai pemusatan perhatian, pengaturan
pernafasan, relaksasi otot-otot secara progresif. Teknik pembiasan untuk
permasalahan yang biasanya dijumpai dalam pertandingan disajikan dalam latihan.
Teknik khusus seperti melalui musik, jelaskan bahwa hal tersebut merupakan hal
biasa.
INTELEGENSI
Kualitas
gerak salah satunya dipengaruhi oleh faktor intelegensi/kecerdasan. Intelegensi
diartikan kemampuan umum individu untuk bertindak secara terarah. Berfikir
secara rasional serta menyesuaikan diri dengan lingkunganya secara efektif.
Dalam
olahraga/blutangkis yang dibutuhkan adalah intelegensi praktis dalam arti mampu
bertidak cepat,epat, banyak inisiatif, dan kreatif. Fungsi intelegensi antara
lain untuk menyusun strategi bertanding dan taktik bertanding, melalui
pertimbangan kelemahan dan kelebihan lawan maupun diri sendiri. Aspek
intelegensi dapat berkembang melalui pendidikan formal yaitu disekolah- sekolah,
maupun pendidikan non formal dimasyarakat melalui diskusi- diskusi, kursus-
kursus, membaca, diskusi, menonton, latihan- latihan kognisi.
PROGRAM
LATIHAN MENTAL
Mental
atlet perlu disiapkan agar dalam penampilanya mampu menunjukan kemampuan yang
sebenarnya. Sudibyo (193:153-154) menyatakan bahwa sistematika dan teknik
latihan mental meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal
menyiapkan atlet untuk mampu membuat citra/ image building serta siap untuk
latihan mental berikutnya. Bentuk-bentuk latihan pada tahap ini antara lain:
latihan pernafasan, latihan konsentrasi, latihan relaksasi, visualisasi, dan
pembinan citra. Sedang tahap lanjut bertujuan untuk menguatkan semua komponen
mental atlet.
Semua
latihan mental hendaknya dapat menguatkan seluruh unsur psikologis yang
berhubungan denan aspek kognitf, konanif, dan emosional. Latihan mental yang
berhubungan dengan peningkatan aspek kognitf antara lain: pemusatan perhatian,
visualisai, kecepatan dan ketepatan reaksi, serta restrukturisasi pemikiran.
Latihan mental untuk penguatan aspek konanif/kemauan antara lain: wil power
training, concentration, dan contemplation. Sedang latihan mental untuk aspek
afektif, emosional antara lain melalui latihan: biofed-back, self sugggestion,
dan meditasi.
Gauron
dalam Sudibyo Setyobroto (193:15) menyebutkan ada tujuh sasaran program latihan
mental yaitu:
1).
Mengontrol perhatian dalam arti atlet mampu berkonsentrasi /perhatian secara
penuh pada tik tertentu atau sesuatu yang harusdilakukan.
2).
Mengontrol emosi, dalam arti atlet sangup menguasai perasan marah, benci,
cemas, takut, sehinga dapat menguasai ketegangan dan mampu beraktivitas dengan
tenang.
3).
Energisation usaha untuk pulih asal secara psikis.
4).
Body awarenes dalam arti pemahaman akan keadan tubuhnya sehinga mampu
mengendalikan/melokalisasi ketegangan dalam tubuhnya.
5).
Mengembangkan rasa percaya diri.
6).
Membuat perencanan bawah sadar atau mental imagery dalam arti atlet mampu
membuat perencanan gerak atau taktik permainan sebelum pertandingan
berlangsung.
7).
Restrukturisasi pemikiran dalam arti atlet mampu mengubah pemikiran awal
menjadi yang lebih positf. Sesuai kebutuhan praktis dalam pembinan mental atlet
dalam menghadapi pertandingan minimal ada tiga teknik latihan mental yang
dikembangkan yaitu: latihan pemusatan perhatian, relaksasi, dan mental imagery
perlu memperoleh perhatian khusus dari pelatih.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar serta kritik dan saran yang membangun. Terima Kasih.