Rabu, 13 Mei 2015

ASPEK PSIKOLOGIS DALAM OLAHRAGA

semester 1

PENDAHULUAN
Keberhasilan atlet dipengaruhi oleh sejumlah faktor yang saling mendukung. Antara faktor yang satu dengan lainya. Faktor tersebut berasal dari dalam maupun dari luar atlet itu sendiri yang meliputi faktor fisik, psikis, teknik, taktik, pelatih, sarana dan prasarana latihan, latihan, sosial, dan sebagainya. Menurut Alderman dalam Sudibyo Seyobroto (193:16) menyatakan bahwa penampilan atlet dapat ditinjau dari empat dimensi yaitu :
1). Dimensi kesegaran jasmani meliputi antara lain daya tahan, daya ledak, kekuatan, kecepatan, kelentukan, kelincahan, reaksi, keseimbangan, ketepatan, dan sebagainya.
2). Dimensi keterampilan meliputi antara lain: kinestetika, kecakapan berolahraga tertentu, kordinasi gerak, dan sebagainya.
3). Dimensi bakat pembawan fisik meliputi antara lain: keadan fisik, tingi badan, berat badan, bentuk badan, dan sebagainya. 4). Dimensi psikologik meliputi: motivasi, percaya diri, agresivitas, disiplin, kecemasan, intelegensi, keberanian, bakat, kecerdasan, emosi, perhatian, kemauan, dan sebagainya.
Sedang Singer dalam Singih D Gunarsa (1989:291) menyatakan bahwa olahraga adalah kegiatan yang meliputi aspek pisik, teknik dan, psikis. Prestasi puncak olahraga merupakan aktualisasi dari ketiga aspek tersebut. Aspek fisik adalah keadan atlet yang berhubungan dengan struktur morfologis dan antropometrik yang diaktualisasikan dalam prestasi, aspek teknik adalah potensi yang dimilki atlet dan dapat berkembang secara optimal untuk menghasilkan prestasi tertentu, sedang aspek psikis berhubungan dengan struktur dan fungsi aspek psikis baik karakterologis maupun kognitf yang menunjang aktualisasi potensi dan dilhat pada prestasi yang dicapai.
PEMBAHASAN
Aspek psikis merupakan bagian dari pembinan atlet untuk meraih prestasi tingi sehinga perlu adanya kajian khusus mengenai hal tersebut yaitu psikologi olahraga. Psikologi olahraga merupakan bagian dari psikologi umum yang membantu mencetak atlet dari pemula menjadi juara atau memperlihatkan prestasinya, dan membantu atlet berbakat untuk mampu mengaktualisasikan bakatnya dalam prestasi puncak.
Psikologi Olahraga diartikan Psikologi yang diterapkan dalam bidang olahraga meliputi baik langsung terhadap atlet sebagai pribadi atau dalam tim maupun faktor- faktor di luar atlet yang berpengaruh terhadap kepribadian dan penampilan atlet (Singih D Gunarsa). Kajian Psikologi Olahraga meliputi:
1) Psikologi Perkembangan,
2). Psikologi Belajar,
3), Psikologi Kepribadian,
4). Psikologi Sosial,
5).Psikometri
Psikologi Perkembangan meliputi pengetahuan mengenai masa- masa seorang atlet mengalami /memperlihatkan kemampuan melatih diri, faktor bakat, keturunan dan pengalaman serta proses- proses kematangan. Psikologi Belajar berhubungan dengan proses perencanan, pelaksanan latihan, dan faktor- faktor yang mempengaruhi proses belajar dan evaluasinya (latihan adalah proses belajar).
Psikologi Kepribadian meliputi cara- cara beradaptasi, konsep diri, percaya diri, disiplin, tangung jawab, motivasi, kognisi, emosi dsb. Psikologi Sosial terkait dengan hubungan antar pribadi dan kelompok, komunikasi dengan pelatih/pembina, keterbukan atau menutup diri. Sedang Psikometri berhubungan dengan berbagai pengukuran terhadap keadan psikis atlet meliputi, intelegensi, minat, motivasi, sikap, kepribadian, tingkahlaku dan sebagainya.
Aspek psikologis yang cukup dominan dalam penampilan atlet tenis meja adalah motivasi, emosi, dan kognisi.

MOTIVASI
Prestasi atlet merupakan hasil penambahan antara latihan dan motivasi atlet, sehinga motivasi ni dipandang penting dalam mencapai tujuan yaitu atlet berprestasi maksimal. Tanpa motivasi tidak akan ada prestasi yang muncul seperti yang dinyatakan oleh Craty melalui penelitan mengenai kecemasan dan motivasi terhadap prestasi olahraga menunjukan bahwa tingkat kecemasan rendah dan motivasi tinggi menghasilkan penampilan olahraga yang meningkat.
Motivasi merupakan proses aktualisasi sumber pengerak dan pendorong tingkah laku individu memenuhi kebutuhan untuk mencapai tujuan tertentu. Motivasi olahraga diartikan keseluruha daya pengerak (motif- motif) di dalam diri ndividu yang menimbulkan kegiatan berolahraga, menjamin kelangsungan latihan dan memberi arah pada kegiatan latihan untuk mencapai tujuan yang dikehendaki (Singih D Gunarsa,1989:93).
Motivasi olahraga dapat dibedakan menjadi dua yaitu motivasi intrinsik dan eksrinsik. Motivasi intrinsic merupakan dorongan yang kuat dari dalam yang menyebabkan individu berpartisipasi. Atlet yang mempunyai motivasi intrinsik biasanya mempunyai kepribadian yang matang, jujur, sportif, tekun, percaya diri, disiplin dan tahan lama. Motivasi intrinsik inilah yang harus selalu ditumbuh kembangkan dalam diri anak, sayangnya motivasi ni sulit dipelajari. Sedang motivasi ekstrinsik merupakan dorongan berasal dari luar individu yang menyebabkan seseorang berpartisipasi. Dalam olahraga, dorongan ini dapat berasal dari pelatih, teman, orang tua, guru, kelompok, bangsa, hadiah, bonus, uang, dsb. Dorongan semacam ini biasanya tidak bertahan lama. Dalam pertandingan ataupun latihan motivasi ni harus terjaga tetap tingi agar hasilnya meningkat.
Ada beberapa teknik untuk meningkatkan atau menaikan motivasi atlet antara lain dengan teknik verbal, tingkah laku, insentif, supertisi, dan citra mental. Teknik verbal berarti dalam memberi motivasi pada atlet dengan mengunakan tutur kata sebagai alatnya. Hal ini dapat dilakuklan melalui pembicaran, diskusi, pendekatan individual. Teknik tingkah laku merupakan cara untuk memotivasi atlet melalui contoh atau keteladan dari pelatih dalam tingkah laku sikap perbuatan agar dicontih oleh atlet asuhnya. Keteladanan dalam kejujuran, disiplin, sportif, kreatif dsb. Teknik insentif dimaksudkan bahwa cara memotivasi atlet dengan adanya “iming-iming” berwujud uang atau benda lain, namun dapat juga dalam bentuk hadiah. Teknik supertisi merupakan kepercayan akan sesuatu yang secara logis atau ilmiah tidak diterima, namun diangap membawa keberuntungandalam pertandingan/latihan. Secara citra mental dimaksudkan melatih atlet membuat gerakan- gerakan yang benar melalui majinasi, setelah gerakan- gerakan dimatangkan dalam imajinasi kemudian benar-benar dilaksanakan untuk dievaluasi.
KETEGANGAN/KECEMASAN
Setiap atlet pasti pernah mengalami ketegangan/kecemasan pada saat menjelang atau saat pertandingan/perlombaan. Ketegangan/kecemasan berpengaruh langsung terhadap penampilan berolahraga. Sumber ketegangan/kecemasan berasal dari dalam diri atlet dan dari luar atlet. Beberapa contoh ketegangan/kecemasan dari dalam antara lain mengandalkan kemampuan teknik saja, puas diri, berfikir negatif. Sedang ketegangan/kecemasan dari luar antara lain adanya stimulus yang membingungkan, penonton, pelatih, orangtua, beda kelas, dsb
Secara indrawi gejala ketegangan /kecemasan dapat dibedakan menjadi 2 yaitu gejala fisik dan psikis. Tanda- tanda gejala ketegsangan/kecemasan fisik atlet antara lain terjadinya perubahan irama pernafasan, terjadinya penegangan pada otot- otot pundak, leher, perut. Sedang gejala psikis terjadinya tingkah laku yang tidak tenang atau gelisah, perhatian terganggu, rasa percaya diri menurun, motivasi melemah dan emosi meningkat.
Cara mengatasi ketegangan/kecemasan melalui teknik intervensi, mencari sumbernya, pembiasan, dan teknik khusus. Teknik intervensi dimaksudkan pelatih dalam usahanya mengurangi/menghilangkan ketegangan/kecemasan langsung bertindak kepada atletnya melalui nstruksi mengenai pemusatan perhatian, pengaturan pernafasan, relaksasi otot-otot secara progresif. Teknik pembiasan untuk permasalahan yang biasanya dijumpai dalam pertandingan disajikan dalam latihan. Teknik khusus seperti melalui musik, jelaskan bahwa hal tersebut merupakan hal biasa.
INTELEGENSI
Kualitas gerak salah satunya dipengaruhi oleh faktor intelegensi/kecerdasan. Intelegensi diartikan kemampuan umum individu untuk bertindak secara terarah. Berfikir secara rasional serta menyesuaikan diri dengan lingkunganya secara efektif.
Dalam olahraga/blutangkis yang dibutuhkan adalah intelegensi praktis dalam arti mampu bertidak cepat,epat, banyak inisiatif, dan kreatif. Fungsi intelegensi antara lain untuk menyusun strategi bertanding dan taktik bertanding, melalui pertimbangan kelemahan dan kelebihan lawan maupun diri sendiri. Aspek intelegensi dapat berkembang melalui pendidikan formal yaitu disekolah- sekolah, maupun pendidikan non formal dimasyarakat melalui diskusi- diskusi, kursus- kursus, membaca, diskusi, menonton, latihan- latihan kognisi.

PROGRAM LATIHAN MENTAL
Mental atlet perlu disiapkan agar dalam penampilanya mampu menunjukan kemampuan yang sebenarnya. Sudibyo (193:153-154) menyatakan bahwa sistematika dan teknik latihan mental meliputi tahap awal dan tahap lanjutan. Pada tahap awal menyiapkan atlet untuk mampu membuat citra/ image building serta siap untuk latihan mental berikutnya. Bentuk-bentuk latihan pada tahap ini antara lain: latihan pernafasan, latihan konsentrasi, latihan relaksasi, visualisasi, dan pembinan citra. Sedang tahap lanjut bertujuan untuk menguatkan semua komponen mental atlet.
Semua latihan mental hendaknya dapat menguatkan seluruh unsur psikologis yang berhubungan denan aspek kognitf, konanif, dan emosional. Latihan mental yang berhubungan dengan peningkatan aspek kognitf antara lain: pemusatan perhatian, visualisai, kecepatan dan ketepatan reaksi, serta restrukturisasi pemikiran. Latihan mental untuk penguatan aspek konanif/kemauan antara lain: wil power training, concentration, dan contemplation. Sedang latihan mental untuk aspek afektif, emosional antara lain melalui latihan: biofed-back, self sugggestion, dan meditasi.
Gauron dalam Sudibyo Setyobroto (193:15) menyebutkan ada tujuh sasaran program latihan mental yaitu:
1). Mengontrol perhatian dalam arti atlet mampu berkonsentrasi /perhatian secara penuh pada tik tertentu atau sesuatu yang harusdilakukan.
2). Mengontrol emosi, dalam arti atlet sangup menguasai perasan marah, benci, cemas, takut, sehinga dapat menguasai ketegangan dan mampu beraktivitas dengan tenang.
3). Energisation usaha untuk pulih asal secara psikis.
4). Body awarenes dalam arti pemahaman akan keadan tubuhnya sehinga mampu mengendalikan/melokalisasi ketegangan dalam tubuhnya.
5). Mengembangkan rasa percaya diri.
6). Membuat perencanan bawah sadar atau mental imagery dalam arti atlet mampu membuat perencanan gerak atau taktik permainan sebelum pertandingan berlangsung.
7). Restrukturisasi pemikiran dalam arti atlet mampu mengubah pemikiran awal menjadi yang lebih positf. Sesuai kebutuhan praktis dalam pembinan mental atlet dalam menghadapi pertandingan minimal ada tiga teknik latihan mental yang dikembangkan yaitu: latihan pemusatan perhatian, relaksasi, dan mental imagery perlu memperoleh perhatian khusus dari pelatih.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar serta kritik dan saran yang membangun. Terima Kasih.

Popular Post