Rabu, 13 Mei 2015

MAKNA DAN HAKIKAT PENDIDIKAN JASMANI

semester 1

BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian Filsafat
Kata falsafah atau filsafat dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab فلسفة, yang juga diambil dari bahasa Yunani; Φιλοσοφία philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal dari kata-kata (philia = persahabatan, cinta dsb.) dan (sophia = "kebijaksanaan"). Sehingga arti harafiahnya adalah seorang “pencinta kebijaksanaan”.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.
B. Pengertian Pendidikan Jasmani
1. Menurut Bucher. Pendidikan Jasmani adalah  bagian integral dari seluruh proses pendidikan yang bertujuan mengembangkan fisik, mental, emosi dan sosial melalui aktivitas jasmani yang telah dipilih untuk mencapai hasilnya.
2. Menurut Agus Mahendra. Pendidikan jasmani adalah proses pendidikan tentang dan melalui aktivitas jasmani, permainan dan olahraga yang dipilih untuk mencapai tujuan pendidikan
3. Menurut Singer. Pendidikan jasmani merupakan pendidikan melalui jasmani berbentuk suatu program aktivitas jasmani yang medianya gerak tubuh (melibatkan otot-otot besar) yang dirancang  untuk menghasilkan beragam pengalaman dan tujuan, antara lain belajar sosial, intelektual, keindahan dan kesehatan.
Dari berbagai pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu secara organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, sosial, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
















BAB II
PEMBAHASAN

A. Makna dan Kedudukan Pendidikan Jasmani
Bangsa kita saat ini tengah digoncang dengan maraknya alat-alat tekhnologi yang canggih dimasyarakat ditambah dengan adanya krisis ekonomi yang sangat memukul hati bangsa kita, dan hingga kini rasa itu terus membekas  bagaikan luka didalam sebagian besar masyarakat kita belum lagi kondisi dunia saat ini yang dihadapkan pada perebutan kekuasaan dan politik yang mengakibatkan ekonomi bangsa kita telah terjatuh pada keadaan yang tak dapat terkendali lagi. Dan buah dari semua itu manghasilkan suatu persoalan yang diantaranya harga barang yang tak dapat terkendali selalu pada level yang tinggi, sulitnya hidup bagi para kaum kecil, ditambah konflik yang terus terjadi diberbagai daerah dan kota, serta tinggginya pengangguran hingga defisit negeri kita yang semakin memuncak.
Meskipun negara-negara maju telah mengambil langkah-langkah yang pasti terhadap persoalan tersebut, namun negeri kita tetap dalam keadaan yang lemah, tidak hanya itu namun kemajuan tekhnologi informasi dan komunikasi juga telah mencapai saat yang begitu maju yang akhirnya menghadapkan kepada para remaja dan anak-anak kita hidup pada gaya yang semakin jauh dari semangat perkembangan total,karena mereka lebih asyik duduk dan bersantai  yang akhirnya mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moralnya secara individu. Mereka lebih mengutamakan bahkan senang dengan gaya hidup sedenter { kurang gerak}. Ini diakibatkan dengan adanya tekhnologi yang hampir semua pekerjaan dan gerakan hanya dilakukan oleh serangkaian mesin yang tidak lain hanya membuat orang menjadi malas. Akhirnya akan menimbulkan sebuah efek dimana kaki dan tangan tidak dapat lagi melakukan olahraga sebagaimana mestinya, dalam keadaan serta kondisi seperti inilah kita akan dapat mengetahi peranan makna dan kedudukan pendidikan jasmani.
Pada hakikatnya pendidikan jasmani adalah proses yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan dalam kualitas diri seseorang baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan seseorang sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, dari pada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya pendidikan jasmani adalah suatu ilmu pendidikan yang memiliki kajian yang begitu luas. Titik fokusnya adalah memberikan peningkatan pada gerak fungsi, Lebih utamanya penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak seseorang dan wilayah pendidikan lainnya hubungan dari perkembangan tubuh fisik dan fikiran serta jiwanya.
Pendidikan diartikan dengan sebagai ungkapan dan kalimat namun pada akhirnya memiliki esensi yang sama dimana jika disimpulkan akan bermakna jelas bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam kaitannya diartikan bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan, bahkan sampai pada penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benr-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak terkembangkan baik langsung maupun tidak. sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.

B. Hakikat Pendidikan Jasmani
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan tubuh-fisik dengan pikiran dan jiwanya. Fokusnya pada pengaruh perkembangan fisik terhadap wilayah pertumbuhan dan perkembangan aspek lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan jasmani yang berkepentingan dengan perkembangan total manusia.Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang  jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan penekanan yang cukup dalam. Berbeda dengan bidang lain, misalnya pendidikan moral, yang penekanannya benar-benar pada perkembangan moral, tetapi aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. 
Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, kognitif, dan afektif. Dengan meminjam ungkapan Robert Gensemer, penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah Romawi Kuno: Men sana in corporesano.
Kesatuan Jiwa dan Raga Pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan pada satu sisi tertentu, disebut dualisme, yang mengarah pada penghormatan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior.
Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap konsep holistik tentang pendidikan jasmani, tetapi, apakah konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri? 
Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali pandangan demikian masih kuat mengakar, entah akibat dari kurangnya pemahaman terhadap falsafah penjas sendiri, maupun karena kuatnya kepercayaan itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali.
Nilai-nilai yang dikandung penjas untuk mengembangkan manusia utuh menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang bernilai dan tidak seimbangnya program pendidikan jasmani di lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan jasmani kita. 
Hubungan Pendidikan Jasmani dengan Bermain dan Olahraga
Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan yang bersifat fisikal yang tidak kompetitif, meskipun bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya.
Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan yang terorganisasi, yang menempatkannya lebih dekat kepada istilah pendidikan jasmani. Akan tetapi, pengujian yang lebih cermat menunjukkan bahwa secara tradisional, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama. 
Lalu bagaimana dengan rekreasi dan dansa (dance)? Rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang-buang waktu atau membunuh waktu. Rekreasi adalah aktivitas yang menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap dari kerja, dan karenanya merupakan kebutuhan semua orangDengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (re-creation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari.

C. Tujuan Pendidikan Jasmani
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf  kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.
Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk:
1. Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan estetika, dan perkembangan sosial.
2. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani.
3. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali.
4. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan.
5. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang.
6. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus mencakup tujuan dalam domain psikomotorik, domain kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak.






BAB III
KESIMPULAN
Pendidikan jasmani merupakan proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas jasmani yang direncanakan secara sistematik bertujuan untuk meningkatkan kemampuan individu secara organik, neuromuskular, perseptual, kognitif, sosial, dan emosional dalam kerangka sistem pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk pengembangan kebutuhan manusia. Dalam kaitannya diartikan bahwa melalui fisik aspek mental dan emosional turut terkembangkan, bahkan sampai pada penekanan yang cukup dallam. Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang.
Pendidkan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya.
Tujuan pendidikan adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf  kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti ada yang mengatakan, bahwa tujuan pendidikan jasmani adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka., sebab yang paling penting dari kesemuanya itu tujuannya bersifat menyeluruh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Silahkan memberikan komentar serta kritik dan saran yang membangun. Terima Kasih.

Popular Post