semester 2
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengembangan
kurikulum tidak dapat lepas dari berbagai
aspek yang mempengaruhinya, seperti cara berpikir, sistem nilai (nilai
moral, keagamaan, politik, budaya, dan sosial), proses
pengembangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan
masyarakat maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek
tersebut akan menjadi bahan yang perlu dipertimbangkan
dalam suatu pengembangan kurikulum. Model pengembangan
kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam
rangka mendesain (designing), menerapkan (implementation), dan
mengevaluasi (evaluation) suatu kurikulum. Oleh karena itu,
model pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu
proses sistem perencanaan pembelajaran yang dapat
memenuhi berbagai kebutuhan dan standar keberhasilan pendidikan. (Ruhimat, T.
dkk 2009: 74).
Berbagai
macam model kurikulum telah dikembangkan oleh para ahli kurikulum, pendidikan
dan psikologi. Sudut pandang ahli yang satu terkadang berbeda dengan sudut
pandang ahli yang lain. Ada yang memandang dari sudut isinya dan ada juga yang
memandang dari sisi pengelolaanya (sentralisitik/desentralistik). Tidak sedikit
pula ahli yang mengembangkan model kurikulum dari sisi proses penggunaan
kurikulum tersebut. Namun demikian, jika anda teliti lebih lanjut, para ahli
tersebut mempunyai satu tujuan/arah yaitu mengoptimalkan kurikulum.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
defenisi dari model pengembangan kurikulum ?
2. Apa-apa
saja model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum ?
3. Seperti
apa model pendekatan dalam pengembangan
kurikulum pendidikan jasmani ?
C. Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan
definisi dari model pengembangan kurikulum
2. Untuk
menjelaskan berbagai jenis model yang dipergunakan dalam pengembangan kurikulum
3. Untuk
menjelaskan pendekatan-pendekatan yang digunakan dalam pengembangan kurikulum
pendidikan jasmani.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Definisi Model Pengembangan Kurikulum
Kurikulum
secara umum dapat didefinisikan sebagai rencana (plan) yang dikembangkan untuk
dapat tercapainya proses belajar mengajar dengan arahan atau bimbingan sekolah
serta anggota stafnya. (H.M. Ahmad, Dkk, 1997: 59).
Pengembangan
kurikulum adalah proses yang mengaitkan satu komponen kurikulum lainnya untuk
menghasilkan kurikulum yang lebih baik. (H.M. Ahmad, Dkk, 1997: 62).
Menurut
Good (1972) dan Travers (1973), model adalah abstraksi dunia nyata atau
representasi peristiwa kompleks atau sistem, dalam bentuk naratif, matematis,
grafis, serta lambang-lambang lainnya. Model bukanlah realitas, akan tetapi
merupakan representasi realitas yang dikembangkan dari keadaan. Dengan
demikian, model pada dasarnya berkaitan dengan rancangan yang dapat digunakan
untuk menerjemahkan sesuatu sarana untuk mempermudah berkomunikasi, atau sebagai
petunjuk yang bersifat perspektif untuk mengambil keputusan, atau sebagai
petunjuk perencanaan untuk kegiatan pengelolaan.
Model
atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi dasar (Zainal
Abidin (2012: 137). Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan
teoritis tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula
merupakan ulasan tentang salah satu bagian kurikulum. Sedangkan menurut (Kamus
Besar Bahasa Indonesia) model adalah pola, contoh, acuan, ragam dari sesuatu
yang akan dihasilkan. Dikaitkan dengan model pengembangan kurikulum berarti
merupakan suatu pola, contoh dari suatu bentuk kurikulum yang akan menjadi
acuan pelaksanaan pendidikan/pembelajaran.
Model
pengembangan kurikulum adalah model yang digunakan untuk mengembangkan suatu
kurikulum, dimana pengembangan kurikulum dibutuhkan untuk memperbaiki atau
menyempurnakan kurikulum yang dibuat untuk dikembangkan sendiri baik dari
pemerintah pusat, pemerintah daerah atau sekolah.
Nadler
(1988) menjelaskan bahwa model yang baik adalah model yang dapat menolong si
pengguna untuk mengerti dan memahami suatu proses secara mendasar dan
menyeluruh. Selanjutnya ia menjelaskan manfaat model adalah model dapat
menjelaskan beberapa aspek perilaku dan interaksi manusia, model dapat
mengintegrasikan seluruh pengetahuan hasil observasi dan penelitian, model
dapat menyederhanakan suatu proses yang bersifat kompleks, dan model dapat
digunakan sebagai pedoman untuk melakukan kegiatan.
Jadi
model pengembangan kurikulum merupakan suatu alternatif prosedur dalam rangka
mendesain (designing), menerapkan (impelementation), dan
mengevaluasi (evaliatoon) suatu kurikulum. Oleh karena itu, model
pengembangan kurikulum harus dapat menggambarkan suatu proses sistem
perencanaan pembelajaran yang dapat memenuhi berbagai kebutuhan dan standar
keberhasilan dalam pendidikan.
Pengembangan
kurikulum tidak dapat terlepas dari berbagai aspek yang memengaruhinya, seperti
cara berfikir, sistem nilai (nilai moral, keagamaan, politik, budaya, dan
sosial), proses pengmbangan, kebutuhan peserta didik, kebutuhan masyarakat
maupun arah program pendidikan. Aspek-aspek tersebut akan menjadi bahan yang
perlu dipertimbangkan dalam suatu pengembangan kurikulum. Agar dapat
mengembangkan kurikulum secara baik, pengembang kurikulum semestinya memahami
berbagai jenis model pengembangan kurikulum. Yang dimaksud dengan model
pengembangan kurikulum yaitu langkah atau prosedur sistematis dalam proses
penyususnan suatu kurikulum.
Dengan
memahami esensi model pengembangan kurikulum dan sejumlah alternatif model
pengembangan kurikulum, para pengembang kurikulum diharapkan akan bisa bekerja
secara lebih sistematis, sistemik dan optimal. Sehingga haarpan ideal
terwujudnya suatu kurikulum yang akomodatif dengan berbagai kepentingan, teori
dan praktik, bisa diwujudkan.
Menurut
Ralph Tyler ((H.M. Ahmad, Dkk, 1997: 62) mengatakan, bahwa ada empat penentu
dalam pengembangan kurikulum:
a. Menentukan tujuan
pendidikan
Tujuan
pendidikan merupakan arah atau sasaran akhir yang harus dicapai dalam program
pendidikan dan pembelajaran. Tujuan pendidikan harus menggambarkan perilaku
akhir setelah peserta didik mengikuti program pendidikan. Ada tiga aspek yang
harus dipertimbangkan sebagai sumber dalam penentuan tujuan pendidikan menurut
Tyler, yaitu : a) hakikat pesarta didik b) kehidupan masyarakat masa kini dan
c) pandangan para ahli bidang studi. Penentuan tujuan pendidikan dengan
berdasarkan masukan dari ketiga aspek tersebut. Selain itu ada lima faktor yang
menjadi arah penentu tujuan pendidikan, yaitu : pengembangan kemampuan
berfikir, membantu memperoleh informasi, pengembangan sikap kemasyarakatan,
pengembangan minat peserta didik, dan pengembangan sikap sosial.
b. Menentukan proses
pembelajaran
Menetukan
proses pembelajaran apa yang paling cocok dilakukan untuk mencapai tujuan
tersebut. Salah satu aspek yang harus diperhatikan dalam penentuan proses
pembelajaran adalah persepsi dan latar belakang kemampuan paserta didik.
c. Menentukan
organisasi pengalaman belajar
Setelah
proses pembelajaran ditentukan, selanjutnya menentukan organisasi pengalaman
belajar. Pengalaman belajar di dalamnya mencakup tahapan-tahapan belajar dan
isi atau materi belajar. Bahan yang harus dilakukan, diorganisasikan sedemikian
rupa sehingga dapat memudahkan dalam pencapaian tujuan.
d. Menentukan
evaluasi pembelajaran
Menetukan
jenis evaluasi apa yang cocok digunakan, merupakan kegiatan akhir dalam model
Tyler. Jenis penilaian yang akan digunakan, harus disesuaikan dengan jenis dan
sifat dari tujuan pendidikan atau pembelajaran, materi pembelajaran, dan proses
belajar yang telah ditetapkan sebelumnya. Agar penetapan jenis evaluasi bisa
tepat, maka para pengembang kurikulum disamping harus memerhatikan
komponen-komponen kurikulum lainnya, juga harus memerhatikan prinsip-prinsip
evaluasi yang ada.
Menurut
Caswell mengartikan pengembangan kurikulum sebagai alat untuk membantu guru
dalam melakukan tugas mengajarkan bahan, menarik minat murid dan memenuhi
kebutuhan masyarakat. (H.M. Ahmad, Dkk, 1997: 63)
Menurut
Beane, Toefer dan Allesia menyatakan bahwa perencanaan ataw pengembangan
kurikulum adalah suatu proses di mana partisipasi pada berbagai tingkat dalam
membuat keputusan tentang tujuan, tentang bagaimana tujuan direalisasikan
melalui proses belajar mengajar. (H.M. Ahmad, Dkk, 1997: 63)
Untuk
melakukan pengembangan kurikulum ada berbagai model pengembangan kurikulum yang
dapat dijadikan acuan atau diterapkan sepenuhnya. Secara umum, pemilihan model
pengembangan kurikulum dilakukan dengan cara menyesuaikan sistem pendidikan
yang dianut dan model konsep yang digunakan. Terdapat banyak model pengembangan
kurikulum yang dikembangkan oleh para ahli. Sukmadinata (2005:161) menyebutkan
delapan model pengembangan kurikulum yaitu: the administrative ( line staff ),
the grass roots, Bechamp’s system, The demonstration, Taba’s inverted
model, Rogers interpersonal relations,Systematic action, dan Emerging
technical model. Idi (2007:50) mengklasifikasikan model-model ini ke dalam dua
grup besar model pengembangan kurikulum yaitu model Zais dan model Roger.
Masing-masing kelompok memuat beberapa model yang telah diklasifikasikan oleh
Sukmadinata di atas. Marilah kita ikuti uraian berikut untuk memahami model
pengembangan kurikulum.
B. Model-Model yang Dipergunakan Dalam Pengembangan Kurikulum
Model atau konstruksi merupakan ulasan teoritis tentang suatu konsepsi
dasar. Dalam pengembangan kurikulum, model dapat merupakan ulasan teoritis
tentang suatu proses kurikulum secara menyeluruh atau dapat pula merupakan
ulasan mengenai salah satu bagian kurikulum. Disamping itu, ada model yang
mempersoalkan proses dan ada pula model yang hanya menitikberatkan pandangannya
pada mekanisme penyusunan kurikulum. Ulasan teoritis demikian dapat pula
mengutamakan uraiannya pada segi organisasi kurikulum dan ada pula yang
menitikbertkan ulasannya hanya pada hubungan anatarpribadi orang-orang yang
terlibat dalam pengembangan kurikulum.
1. Pendekatan Top Down
Pendekatan pengembangan kurikulum yang
paling awal dan sangat umum dikenal adalah model administrative karena model
ini menggunakan prosedur "garis-staf" atau garis komando "dari
atas ke bawah" (top-down). Maksudnya inisiatif pengembangan kurikulum
berasal dari pejabat tinggi (Kemdiknas), kemudian secara stuktural dilaksanakan
ditingkat bawah.
2. Pendekatan Grass-Roots
Inisiatif pengembangan kurikulum ini
berada ditangan guru-guru sebagai pelaksana kurikulum disekolah, baik yang
bersumber dari satu sekolah maupun dari berbagai sekolah sekaligus. Pendekatan
ini didasarkan oleh dua pandangan pokok, yaitu Pertama, implementasi kurikulum
akan lebih berhasil apabila guru-guru sebagai pelaksana sudah dari sejak semula
terlibat secara langsung dalam pengembangan kurikulum. Kedua, pengembangan
kurikulum tidak hanya melibatkan personel yang professional (guru) saja, tetapi
juga siswa, orang tua dan masyarakat.
Model grass-roots ini didasarkan atas
empat prinsip, yaitu :
a. Kurikulum akan bertambah baik, jika
kemampuan keprofesionalan guru bertambah baik.
b. Kompetensi guru akan bertambah baik,
jika guru terlibat secara priadi didalam merevisi kurikulum.
c. Jika guru terlibat dalam merumuskan
tujuan yang ingin dicapai, menyeleksi, mendefinisikan dan memecahkan masalah,
mengevaluasi hasil, maka hasil pengembangan kurikulum akan lebih bermakna.
d. Hendaknya diantara guru-guru terjadi
kontak langsung sehigga mereka dapat saling memahami dan mencapai suatu
konsesus tentang prinsip-prinsip dasar, tujuan dan rencana.
1. Model Tyler
Pengembangan
Kurikulum model Tyler yang dapat ditemukan dalam buku klasik yang sampai
sekarang banyak dijadikan rujukan dalam proses pengembangan kurikulum yang
berjudul Basic Principles of Curriculum and Instruction.
sesuai dengan
judul bukunya, model pengembangan kurikulum Tyler ini, lebih bersifat bagaimana
merancang suatu kurikulum, sesuai dengan tujuan dan misi suatu institusi
pendidikan. Dengan demikian, model ini tidak menguraikan pengembangan kurikulum
dalam bentuk langkah-langkah konkrit atau tahapan-tahapan secara rinci. Tyler
hanya memberikan dasar-dasar pengembangannya saja.
menurut tayler
ada 4 hal yang dianggap fundamental untuk mengembangkan kurikulum. Pertama,
berhubungan dengan tujuan pendidikan yang ingin dicapai; kedua, berhubungan
dengan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan; ketiga, pengorganisasian
pengalaman belajar; dan ke empat,
berhubungan dengan evaluasi.
2. Beauchamp's System Model
Sistem yang diformulasikan oleh G.A
Beauchamp mengemukakan adanya lima langkah kritis dalam mengambil keputusan
pengembangan kurikulum, yaitu :
a. Menentukan arena pengembangan kurikulum.
Arena itu bisa berupa kelas, sekolah, sistem persekolahan regional atau sistem
pendidikan nasional.
b. Memilih dan mengikutsertakan pengembang kurikulum.
c. Pengorganisasian dan penentuan prosedur
perencanaan kurikulum yang meliputi menetapkan tujuan kurikulum, memilih materi
pelajaran, mengembangkan kegiatan pembelajaran dan mengembangkan desain.
d. Pelaksanaan kurikulum secara sistematis.
e. Evaluasi kurikulum, yang meliputi empat
dimensi: penggunaan kurikulum oleh guru, desain kurikulum, hasil belajar
peserta didik, dan sistem kurikulum.
3. Taba's Inverted Model
Model ini dimulai dengan melaksanakan
eksperimen, diteorikan, kemudian diimplementasikan. Hal ini dilakukan untuk
menyesuaikan antara teori dan praktek, serta menghilangkan sifat keumuman dan
keabstrakan kurikulum, sebagaimana sering terjadi apabila tanpa kegiatan
eksperimen.
Hilda Taba mengembangkan lima langkah
pengembangan kurikulum secara berurutan, diantaranya yaitu :
a. Kelompok guru terlebih dahulu
menghasilkan unit-unit kurikulum untuk dieksperimenkan. Untuk menghasilkan
unit-unit itu ditempuh cara mendiagnosa kebutuhan, merumuskan tujuan khusus,
memilih materi, mengorganisasikan materi, memilih pengalaman belajar,
mengorganisasikan pengalaman belajar, mengevaluasi dan mengecek keseimbangan
dan urutan materi.
b. Uji coba unit-unit eksperimen untuk
menemukan validitas dan kelayakan pembelajaran.
c. Merevisi hasil uji coba dan mengonsolidasikan unit-unit kurikulum.
d. Mengembangkan kerangka kerja teoritis
e. Pengasemblingan dan desiminasi hasil yang telah diperoleh.
4. Model Oliva
Menurut Oliva suatu model kurikulum
harus bersifat simpel, komprehensif dan
sistematik. ada beberapa kompenen yang dikembangkan dalam model pengembangan
kurikulumnya.
Komponen pertama adalah perumusan
filosofis, sasaran, misi serta visi lembaga pendidikan, yang kesemuanya
bersumber dari analisis kebutuhan siswa dan analisis kebutuhan masyarakat.
komponen kedua adalah analisis kebutuhan
masyarakat dimana sekolah itu berada, kebutuhan siswa dan urgensi dari disiplin
ilmu yang harus diberikan oleh sekolah
komponen ketiga dan keempat, berisi
tentang tujuan umum dan tujuan khusus kurikulum yang didasarkan kepada
kebutuhan seperti yang tercantum dalam komponen I dan II. sedangkan, dalam
komponen kelima adalah bagaimanan mengorganisasikan rancangan dan
mengimplementasikan kurikulum.
komponen VI dan VII mulai menjabarkan
kurikulum dalam bentuk perumusan tujuan umum dan khusus pembelajaran (bagaimana
menjabarkan atau perbedaan antara tujuan umum dan khusus pembelajaran)
5. Model Wheeler
Menurut Wheeler, pengembangan kurikulum
merupakan suatu proses yang membentuk lingkaran. proses pengembangan kurikulum
terjadi secara terus-menerus. Wheeler berpendapat proses pengembangan kurikulum
terdiri dari lima tahap.
Wheeler berpendapat, pengembangan
kurikulum terdiri atas 5 tahap yakni:
1. menetukan tujuan umum dan khusus.
Tujuan umum bisa merupakan tujuan yang bersifat normatif yang mengandung tujuan
filosofis (aim) atau tujuan pembelajaran umum yang bersifat praktis (goals).
sedangkan tujuan khusus adalah tujuan yang bersifat spesifik dan observable
(objective) yakni tujuan yang mudah diukur ketercapaiannya.
2. Menentukan pengalaman belajar yang
mungkin dapat dilakukan oleh siswa untuk mencapai tujuan yang dirumuskan dalam
langkah pertama.
3. Menentukan isi atau materi
pembelajaran sesuai dengan pengalaman belajar. Mengorganisasi atau menyatukan
pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar
4. mengorganisasi atau menyatukan
pengalaman belajar dengan isi atau materi belajar
5. Melakukan evaluasi setiap fase
pengembangan dan pencapaian tujuan.
6. Model Nicholls
Dalam bukunya Developing a Curriculum: A Practical Guide (1978), Howard Nicholls
menjelaskan bahwa pendekatan pengembangan kurikulum terdiri atas elemen-elemen
kurikulum yang berbentuk siklus.
Model pengembangan kurikulum Nichools
menggunakan pendekatan siklus model Wheeler. Model Nicholls digunakan apabila
ingin menyusun kurikulum baru yang diakibatkan oleh terjadinya perubahan
sitiasi.
ada lima langkah pengembangan kurikulum
menurut Nicholls, yaitu:
a. Analisa situasi
b. Menentukan tujuan khusus
c. Menentukan dan mengorganisasikan isi
pelajaran
d. Menentukan dan mengorganisasi metode
e. Evaluasi
C. Model Pendekatan Dalam
Pengembangan Kurikulum Pendidikan jasmani
Kita
semua menyadari bahwa perkembangan dan pertumbuhan anak baik secara fisik
maupun intelektual akan berlangsung normal apabila diciptakan suatu kondisi
yang memungkinkan aspek-aspek tersebut tumbuh dan berkembang secara wajar.
Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari pendidikan secara
keseluruhan. Pendidikan jasmani adalah wahana untuk menumbuh-kembangkan anak
secara wajar dan efektif. Oleh karenanya, sudah selayaknya bila pendidikan
jasmani diberikan perhatian yang proporsional dan dilaksanakan secara efisien,
efektif serta sesuai dengan kondisi fisik dan psikis anak. Kurikulum pendidikan
jasmani yang seimbang mencirikan bahwa muatan pendidikan jasmani tidak
ditekankan hanya pada penguasaan keterampilan motorik, tetapi juga pengembangan
nilai-nilai kepribadian peserta didik. Kurikulum yang seimbang bersifat
integratif dan eklektif, tidak menekankan pada satu model tertentu.
Seperti
diketahui terdapat beberapa model pendekatan dalam kurikulum pendidikan
jasmani. Pendekatan-pendekatan tersebut adalah :
1.
Pendekatan Eklektik Sebuah pendekatan yang menekankan pada penyediaan
kesempatan kepada siswa seluas-luasnya untuk berpartisipasi aktif dalam setiap
aktivitas sesuai dengan minat dan kebutuhannya. Dalam konteks ini, kegiatan
diciptakan secara bervariasi berdasarkan prinsip maju berkelanjutan; bergerak
dari bentuk kegitan yang sederhana menuju yang ke yang lebih kompleks.
2.
Pendekatan "Pendidikan Gerak" Isu utama pendekatan ini adalah pada
pemahaman dan pengembangan konsep gerak serta bagaimana gerak tersebut
dilakukan.
3.
Pendekatan "Pendidikan Olahraga" Olahraga dalam konteks pendidikan
semata-mata hanya digunakan sebagai media sosialisasi nilai-nilai pendidikan
(misalnya: kepemimpinan, memecahkan masalah, taat pada aturan yang berlaku,
sportif, bertanggung jawab, dan belajar hidup bermasyarakat). Sungguhpun
demikian, dimungkinkan siswa berpartisipasi dalam cabang olahraga yang
diminatinya secara lebih optimal. Atas dasar alasan ini, pendekatan pendidikan
olahraga lebih sesuai diterapkan pada kelas-kelas atas.
4.
Pendekatan "Pendidikan Rekreasi" Fokus utama pendekatan ini adalah
pada unsur "kesenangan" dan "kegembiraan" siswa. Desain
proses pembelajaran lebih banyak memberikan suasana relaks kepada siswa untuk
melakukan aktivitas.
5.
Pendekatan "Pendidikan Kesegaran Jasmani" Pendekatan ini lebih
didasarkan pada upaya pengembangan budaya hidup sehat kepada para siswa melalui
kegiatan jasmani. Sungguhpun orientasi pendekatan ini pada kesegaran jasmani,
tetapi kegiatan dapat berbentuk self testing activities maupun team games yang
juga menganut prinsip maju berkelanjutan, dari bentuk kegiatan yang sederhana
menuju yang lebih kompleks.
BAB III
PENUTUP
A.
Simpulan
Keberadaan
model-model pengembangan kurikulum memegang peranan penting dalam kegiatan
pengembangan kurikulum dan dengan mempelajari model-model pengembangan
kurikulum dapat memudahkan dalam melakukan pengembangan kurikulum.
Pada
saat ini banyak para ahli yang mengemukakan tentang model-model pengembangan
kurikulum, tetapi setiap model pengembangan tersebut memiliki karakteristik
yang berbeda-beda, juga memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing, dan
masing-masing model arahan pengembangannya berbeda-beda ada yang
menitikberatkan pada pengambil kebijaksanaan, pada perumusan tujuan, perumusan
isi pelajaran, pelaksanaan kurikulum itu sendiri dan evaluasi kurikulum.
Upaya
untuk memajukan Pendidikan jasmani harus tetap didorong melalui penciptaan
situasi dan kondisi yang menunjang. Pendidikan jasmani harus ditempatkan secara
proporsional dalam struktur kurikulum, sehingga didapatkan ''keseimbangan
kurikulum" yang tercermin pada alokasi waktu, peningkatan anggaran biaya,
peningkatan infrastruktur, peningkatan kualitas guru (fit and proper test).
Keseimbangan kurikulum perlu dibarengi dengan keefektifan pelaksanaannya di
lapangan melalui model pembelajaran yang memungkinkan siswa bereksplorasi,
mendapatkan pengalaman gerak seluas-luasnya.
Pemilihan
suatu model pengembangan kurikulum sebaiknya perlu disesuaikan dengan sistem
pendidikan dan sistem pengelolaan pendidikan yang dianut dan mempertimbangkan
model pengembangan kurikulum yang sesuai dengan yang diharapkan.
Model-model
kurikulum akan berkembang terus seperti kurikulum yang terus berkembang sesuai
dengan kebutuhan.
B.
Saran
Sebagai tenaga profesional guru dituntut untuk
memiliki sejumlah pengetahuan yang berhubungan dengan kurikulum karena
kurikulum merupakan nadi penggerak dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendidik
dan pengajar. Hal ini dapat dilakukan melalui pelatihan, penelitian atau
memperkaya diri dengan melalui bahan bacaan, internet dan sebagainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Silahkan memberikan komentar serta kritik dan saran yang membangun. Terima Kasih.