Sumber Gambar: Tutorial Points.com
Melihat
keterampilan gerak yang ditampilkan pemain sepak takraw tingkat tinggi sungguh
merupakan pemandangan yang mengasikkan. Gerakan akrobatik yang estetik
merupakan bagian dominan dari permainan sepak takraw sepanjang berlangsungnya
permainan. Belajar gerak yang prinsipnya merupakan suatu proses pembelajaran
yang memiliki tujuan untuk mengembangkan berbagai keterampilan gerak anak
secara optimal dan proporsional. Dalam proses pembelajaran gerak, seorang yang
belajar gerak akan melalui beberapa tahapan. Menurut Winkel (1981) tahapan
tersebut adalah:
1.
Tahap Kognisi
Para
ahli sepakat bahwa pada tahap ini seorang yang belajar gerak berada pada fase
pembentukan rencana gerak. pada tahap ini, proses masukan informasi melalui
alat-alat reseptor (pendengaran, penciuman, sentuhan dan penglihatan) subjek
belajar memegang peranan penting. Masukan informasi yang diterima oleh
alat-alat reseptor sebelum dibentuk menjadi perencanaan gerak dalam sistem
memori akan mengalami proses panjang dan rumit. Proses penerimaan dan
pemrosesan informasi dilakukan melalui tahapan sebagai berikut: (1). Tahap menerima
dan pengolahan informasi, (2) indentifikasi stimulus, (3) seleksi respons dan
(4) pemrograman respons. Implikasi dari tahap ini terhadap usaha pembelajaran
gerak adalah sebagai berikut: bila informasi berbentuk latihan rangkaian gerak,
maka pelatih perlu melakukan suatu analisis dari rangkaian keterampilan gerak
tersebut. keterampilan harus dilakukan
sedemikian rupa, sehingga guru dan pelatih dapat mengemasnya menjadi
informasi yang sederhana. Sebagai contoh, misalkan bahan latihan yang disajikan
adalah kerempilan tekhnik servis, analisis keterampilan gerak dari gerakan
sepak sila dari servis bawah.
2.
Tahap Fiksasi
Tahap
ini merupakan tahan realisasi rencana pola gerak menjadi gerak tubuh. pada
awalnya, gerak dilakukan dengan tingkat koordinasi yang rendah, tampak kaku dan
kasar. Peranan pengulangan yang berkali-kali disertai dengan umpan balik yang
bermakna akan memberikan dampak positif terhadap usaha pembentukan keterampilan
gerak.
Keterampilan
gerak yang sederhana atau hanya terdiri dari satu komponen atau lebih mudah
dikuasai anak, dibandingkan dengan keterampilan yang terdiri dari beberapa komponen.
Demikian pula gerak yang memiliki karakter keterampilan tertutup akan lebih
mudah dan cepat dikuasai oleh anak dibandingkan dengan keterampilan terbuka.
Implikasi
dari tahap belajar gerak ini dalam belajar keterampilan tehnik dasar sepak
takraw adalah sebagai berikut:
1.
latihan hendaknya dimulai dari gerakan dengan komponen-komponen gerak yang
sederhana, yang serasa lambat laun dilanjutkan dengan berbagai gerak yang
kompleks. Sesuai dengan tingkat kesulitan yang kelak dihadapi anak, memberikan
latihan keterampilan gerak sepak sila sebaiknya diberikan lebih awal sebelum keterampilan
memaha dan mendada apalagi keterampilan sepakmula dan smash.
2.
memberikan umpan balik yang bermakna sama halnya dengan membantu anak untuk
menemukan dan mengenali kekurangan dan kesalaha gerak yang dilakukannya.
Pelatih
harus memperkenalkan komponen-komponen dari rangkaian gerak yang belum atau
kurang dapat dilakukan oleh anak. Dengan memperkenalkan gerakan yang salah, pelatih
dengan segera dapat memberikan umpan balik yang bermakna. Dengan demikian,
pelatih tidak hanya sekedar mengatakan “kamu kurang” atau “kami salah”
melainkan ia dapat mengatakan “kamu kurang mengangkat kaki waktu menyepak bola
ke atas”. Disamping hal, dengan mengenali dan memahami kesalahannya, maka
diharapkan anak dapat mempercepat proses perbaikan gerakan tersebut secara
kreatif dan inovatif.
Pelatih
tidak boleh cepat-cepat untuk mengalihkan latihan pada gerakan lainnya sebelum
gerakan yang dilatihkan telah dikuasai oleh anak. Sebaiknya pelatih benar-benar
memiliki keyakinan bahwa anak telah menguasai keterampilan gerak sepak sila
sebelum mengalihkannya pada latihan keterampilan gerak sepak mula apalagi
gerakan seperti smash. Pangalihan gerakan baru hanya akan menambah beban dalam
rencana pembentukan pola gerak dalam sistem memori.
3.
Tahap Otomatisasi
Pada
tahap ini keterampilan gerak telah menjadi bagian dari dirinya. Seorang tekong
yang telah memiliki keterampilan permanen akan dapat melakuan sepakmula dengan
tingkat koordinasi yang tinggi. Keterampilan gerak dapat dilakukan dengan
efisiensi dan efektif. Ia tidak perlu lagi berpikir bagaimana cara melakukan
gerakan mengayun dan menyepak bola dengan cepat, tepat dan keras karena semua
gerakannya dilakukan dengan otomatis.
Pengaruh
latihan yang dilakukan sebelumnya akan tampak pada tahap ini. Latihan yang
dilakukan dengan lingkungan situasi dan kondisi yang terbatas, hanya akan
menghasilkan keterampilan gerak otomatis yang miskin variasi. Seorang tekong
yang hanya dilatih dengan dituasi dan kondisi saja hanya dapat melakukan
keterampilan gerak yang sesuai dengan latihan yang dilakukannya.
Keterampilan
permanen yang telah menjadi bagian dari diri seseorang akan sulit diubah. Pengubahan
keterampilan pada tahap ini akan menimbulkan dampak yang negatif. Disamping pengubahan memakan waktu yang
relatif lama, juga sulit untuk menemukan dan menentukan komponen-komponen gerak
mana yang perlu dirubah sesuai dengan keinginan pelatih. Dalam hal inilah,
sebaiknya keterampilan gerak yang benar dan tepat harus dilatihkan sejak
seseorang mengenal keterampilan gerak tersebut. perbaikan harus segera
dilakukan, sebelum keterampilan tersebut menjadi permanen.
Sumber : Buku “Pelatihan Dasar Sepak Takraw”
Penulis : Achmad Sofyan Hanif
Penerbit : PT. Rajagrafindo Persada